Kamis, 30 Agustus 2012

Cinta Suci Zahrana; Sebuah Refleksi Pencarian Cinta


Source

Cinta Suci Zahrana, yah lagi-lagi aku terpesona dengan karya Habiburrahman El Shirazy. Seperti yang pernah aku katakan bahwa karya sastra dan seni memang bisa memperkaya jiwa, bahkan sarana untuk berdakwah. Konflik yang diangkat pada film yang disadur dari novel ini yaitu tentang perjuangan mencari cinta sejati.
Singkatnya, film ini bercerita tentang seorang gadis yang berumur lebih dari 30 tahun bernama Zahrana. Dia adalah dosen di salah satu perguruan tinggi. Dia lulusan S-2 dan telah mendapat banyak sekali penghargaan. Rupanya fokusnya pada karier telah membuatnya lambat menikah hingga ayahandanya sangat menginginkan ia menikah. Zahrana dilamar oleh atasannya yang seorang dekan, karena akhlaknya yang buruk ia pun menolak lamaran dekan itu. Karena penolakannya, Zahrana terpaksa mengundurkan diri sebagai seorang dosen karena mendapat berbagai ancaman. Zahrana pun menjadi seorang guru biasa. Ayah Zahrana yang sakit-sakitan terus-menerus mendorong Zahrana agar segera menikah. Akhirnya Zahrana meminta tolong Kyai untuk memilihkan jodoh baginya, tentu saja dengan pertimbangan akhlak. Zahrana tak peduli tentang status sosial, pendidikan, maupun penampilan, yang utama baginya adalah seorang imam yang mampu menjadi pemimpin dan teladan bagi dirinya dan anak-anaknya. Rupanya Zahrana dijodohkan dengan seorang tukang krupuk, dia duda tapi dia seorang santri yang sangat taat. Pada hari pernikahannya, tukang krupuk yang akan menikah dengan Zahrana kecelakaan dan meninggal dunia, Zahrana pun gagal menikah. Mendengar kabar calon menantunya yang meninggal, ayah Zahrana pun terkena serangan jantung dan nyawanya tak dapat diselamatkan. Zahrana mengalami shock berat, dia pun benar-benar bertawakal kepada Allah tentang siapa jodohnya. Akhirnya Zahrana menikah dengan mahasiswanya yang bernama Hasan. Rupanya Hasan sudah lama menyukai Zahrana. Sebelum menikah, Zahrana memberikan satu syarat pada Hasan : Jika Hasan ingin menikahi Zahrana maka pernikahan harus dilaksanakan ba’da Isya. Padahal Ibunda Hasan datang ke rumah Zahrana sekitar waktu Ashar, well segala niat baik memang harus disegerakan.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Egois atau Realistis?


Source

Beda Egois dan Realistis?

Sadar atau tidak, makin tua manusia makin egois, entahlah apa itu hanya perasaanku saja. Aku pun tak begitu paham apa beda antara realistis dan egois. Setahuku egois itu mementingkan diri sendiri, sedangkan realistis adalah bersifat nyata, misalnya dengan mengambil keputusan yang tidak merugikan diri sendiri. Mungkin terlihat sangat bodoh, yaaa aku begitu paham perbedaan di antara keduanya.
Dulu ketika aku duduk di bangku Taman Kanak-Kanak guru TK ku berkata bahwa, jika ada pengemis minta-minta maka berilah ia uang. Selanjutnya, waktu aku naik ke Sekolah Dasar, guru SD ku berkata bahwa jika kamu naik bus dan ternyata ada orang tua, wanita hamil, atau anak kecil yang tidak mendapat tempat duduk maka berikanlah tempat duduk. Rupanya doktrin kebaikan-kebaikan itu masih melekat kuat di pikiranku sampai aku duduk di bangku SMA. Dulu ketika aku naik bus, aku selalu memberikan tempat dudukku pada ibu-ibu, anak kecil atau siapa pun yang terlihat lebih lemah dari aku, dan apa yang aku rasakan? Semua terasa baik-baik saja, apalagi ketika mereka bilang, “Makasih mbak.” Wuiiih rasanyaaaa ada kebanggaan tersendiri. Apalagi ketika ada pengemis, pasti aku kasih duit. Tapi, seringkali ada berita di TV bahwa beberapa pengemis adalah oknum bahkan aslinya mereka kaya raya. Hmm. . .sekarang pikir-pikir dulu deh kalau mau ngasih.

Rabu, 22 Agustus 2012

Dengan Menyebut Nama Allah


Dengan menyebut nama Allah
Jalani hidupmu
Yakinkan niatmu
Jangan pernah ragu

Dengan menyebut nama Allah
Bulatkan tekadmu
Menempuh nasibmu
Kemanapun menuju

Serahkanlah hidup dan matimu
Serahkanlah pada Allah semata
Serahkanlah duka gembiramu
Agar damai senantiasa hatimu

(Dengan Menyebut Nama Allah)


Dulu aku mengira lagu itu hanya angin lalu atau lagu tang ngetrend ketika bulan Ramadhan. “Mungkin karena tuntutan usia” aku mulai mencoba meresapi setiap apa yang ada di sekitarku atau setiap hal yang terjadi padaku. Kalau kata Aa Gym : “Jangan pernah berharap pada manusia karena yang akan didapat hanyalah perasaan gelisah, berharaplah sepenuhnya pada Allah.”

Sabtu, 18 Agustus 2012

Bicara tentang Seni, Bahasa dan Sastra


Jika bicara tentang benar dan salah maka ilmu pengetahuan jawabannya,
Jika bicara tentang baik dan buruk maka karakter jawabannya,
Jika bicara tentang indah atau jelek maka seni jawabannya.

Source
Bicara soal keindahan atau estetika maka jawaban yang akan muncul tidak akan jauh-jauh dari seni. Banyak sekali orang yang sangsi tentang manfaat belajar seni, apa lagi sastra juga ilmu bahasa. Belajar sastra juga belajar tentang keindahan, karena seni dan sastra itu memiliki ikatan yang cukup erat, begitu juga antara sastra dan bahasa.
Karena dalam seni dan sastra ada istilah ekspresi dan apresiasi maka keduanya memiliki hubungannya saling berkait, seringkali orang mengekspresikan sastra dengan berkolaborasi dengan seni, seperti pementasan drama dan musikalisasi puisi. Begitu juga ketika orang menyuguhkan pentas seni, mereka menari dan menyanyi, sebenarnya mereka pun sedang berakting, itulah kenapa sebuah pementasan yang bernilai yang tinggi acap kali menggabungkan antara seni tari, drama, dan musik. Sama halnya dengan sastra dan bahasa memiliki ikatan seperti saudara otak dan alat gerak. Bahasa adalah sarana dalam bersastra. 

Kamis, 16 Agustus 2012

Al Mu'minuun



Assalamu’alaikum warrahmatullahiwabarakatuh,

Yang membuat seseorang semakin bersyukur, salah satunya dengan cara berkunjung ke tempat yang membuatmu melihat indahnya dunia.
“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [Ibrahim : 7]

Al Mu'minuun

Sabtu, 11 Agustus 2012

Jadilah Kamu yang Berjuang dalam Pilihan Hidupmu; Karena Kita Adalah Kesatria



Assalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh.
(edisi Ramadhan, nulis diawali dengan salam)

           
Alhamdulillahirabbil’alamin, akhirnya aku sudah melaksanakan matrikulasi sebanyak dua kali dan mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga. Besok tinggal satu kali matrikulasi, dan itu ujiaaan aaargghh. Saat ini aku menghuni kos baru, berada di kampus lama yang dibungkus dengan teman-teman baru, cukup membuat kepala ini pusing menghapal nama-nama yang masih asing terdengar di telingaku. Yah, aku memang paling lemah untuk menghapal jalan dan nama orang.
Beberapa hari ini aku disibukkan untuk menata kamar baruku. Alhamdulillah kali ini aku pindah ke tempat yang lebih layak, satu kamar berisi satu orang, kasurnya empuk, kamar mandi bersih. Tapi bukan berarti kos lama buruk, aku sangat menikmati kesederhanaan kami waktu itu, bahkan menemukan sahabat yang seperti saudara kandung bagiku, Nita, Arum, Mbak Tika, Mbak Ratih, Mba Haniek, Mbak Deni, Mbak Amel, Mbak Dewi, dan Mey. Saat ini aku juga sangat sibuk untuk mengatur jadwal buka puasa bersama (ceileh) yaaa, bagaimana pun juga silaturakhim harus selalu disambung.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Kalo Kata Film Korea : Dream High


Hari ini adalah hari (hampir) terakhir aku akan mengakhiri liburan panjangku yang begitu panjang. Besok aku akan melaksanakan matrikulasi program pascasarjana. Kampusnya masih sama dengan kampusku ketika S-1. Yah, besok pasti aku akan bertemu dengan teman-temanku di kampus. Well, pasti akan banyak sekali komentar di sana. Salah satunya kenapa memilih bertahan di Unnes?
Mungkin sebagian orang menganggap bahwa catatan ini adalah sampah yang nggak berguna. Tapi mungkin bisa dijadikan pertimbangan bagi orang-orang yang pernah merasakan “salah jurusan” seperti yang pernah aku alami empat tahun silam.

Tentang Cita-cita
“Manusia yang tak punya cita-cita atau tujuan hidup lebih baik mati saja. Manusia yang takut menghadapi peliknya hidup lebih baik mati saja.” Begitulah kira-kira yang pernah dikatakan oleh kakak tingkatku.
Diakui atau tidak kuliah di pendidikan apalagi jurusan Sastra atau Bahasa dan Sastra Indonesia dianggap sebagai jurusan pelarian setelah tidak diterima di mana pun, right? Kenapa aku memilih jurusan ini? Dulu ketika kelas XII aku ingin sekali menjadi guru, tapi di lain pihak, aku adalah seorang anak yang harus menaati nasihat orang tua. Termasuk ketika aku memilih untuk masuk IPA, padahal ketika lulus aku tidak mau sama sekali masuk kuliah di jurusan IPA. Alhasil aku selalu ikut seleksi lewat jalur IPS. Aku daftar ke sana-kemari dan tidak diterima di mana-mana. Hingga akhirnya pilihan terakhirku yakni jalur SNMPTN, aku masih bertekad ingin masuk Jurusan Bahasa Inggris, tapi temanku menyarankan, kenapa nggak masuk Jurusan Bahasa Indonesia? entah kenapa tiba-tiba aku menulisnya di formulir pendaftaran (hohoho).