Kamis, 31 Januari 2013

Rindu (?)


Cemara berderai mengikuti jejak langkah
Langit berubah warna
Tak terasa
Dalam bisu kuberkata, dalam buta kumelihat
Aku tak tahu lagi apa beda hati yang mendera bukan karena derana
Yang kukira dulu mati rasa

Aku hanya bisa melihatmu dari beamount tua di depan kastil Venesia
Punggungmu menghilang di balik butiran gerimis

Aku tak mengenali diriku
Terasa masih buta dan bisu
Seperti tatap yang sulit kuungkap
Seperti kata yang sulit terucap

Mungkinkah ini dera rindu?
Dalam sebuah sajak sederhana
Pada tatapan Arjuna

O mungkinkah kau lelaki platonik itu?


(Kusuma, 30 Januari 2013)

Sumber

Selasa, 01 Januari 2013

Apakah Guru Adalah Pekerjaan Paling Ideal bagi Perempuan?

Sumber
 Prof. Tri Marhaeni seorang guru besar sosiologi gender dari Universitas Negeri Semarang tak pernah menginginkan dirinya untuk menjadi guru, apalagi masuk Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Ia menjadi mahasiswa IKIP Semarang karena sang orang tua yang memaksanya agar menjadi seorang guru. Ia heran mengapa kakak-kakak lelakinya diperbolehkan masuk universitas dan bebas memilih profesi yang diminati, sedangkan dirinya tidak?
Pada dasarnya setiap perempuan memiliki hak untuk memilih dan beraktualisasi diri. Seiring dengan perkembangan pendidikan bagi perempuan maka mereka pun punya kewenangan. Perempuan sudah bisa maju dengan kemampuan dan wawasannya. Bahkan ia membutuhkan tempat untuk mengambangkan potensinya.
Pandangan masyarakat saat ini masih sangat stereotip terhadap profesi seorang perempuan. Bahwa perempuan hanya pantas melakukan kegiatan 3 M yaitu; masak, macak, dan manak. Jika ada sedikit kelonggaran maka profesi yang paling ideal bagi seorang perempuan adalah guru. Alasannya masih cukup klise, guru memiliki banyak waktu untuk keluarga. Sesempit itukah?

Tangan Ayah

Sebelum ayam berkokok dan langit mencerah
Aku kirimkan satu peti rindu untuk ayah
Yang telah aku punguti dalam setiap mimpi
Lewat samudra aksara

Aku hanya ingin melihat tangannya yang selalu menggenggam senja
Di ladang yang gersang dan sengon-sengon yang menjulang

Ia katakan pada hama bahwa tangannya tak akan lelah
Ia peluk hujan dan berbisik, jangan matikan ladangnya

Demi musim panen yang dinanti
Dan sedikit rupiah untuk biaya kuliah adik

Tangan ayah akan selalu halus
Walau sudah menua dan tak lepas dari cangkul