Tampilkan postingan dengan label banyumas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label banyumas. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Agustus 2013

Nguri-uri Budaya Melalui Museum Desa


Kesenian Kentongan

Pada hari Minggu, 4 Agustus 2013, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Dermaji merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Banyumas bagian barat. Saya mendapatkan informasi tentang desa tersebut dari internet dan komunitas Blogger Banyumas. Saya merasa sangat senang, sebab jarang sekali ada pemerintah desa atau warga yang berinisiatif untuk mengabadikan dan menuliskan tradisi yang masih dijalaninya dalam bentuk website desa yakni http://dermaji.desa.id.
Mulanya, saya yang notabene masih berstatus menjadi mahasiswa mendapat tugas dari dosen saya untuk mencari informasi tentang tradisi lisan yang masih berkembang di Kabupaten Banyumas. Banyumas merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan budaya. Warga Banyumas memiliki keunikan identitas kultural berupa cablaka dan blakasuta yang berarti tindakan yang tanpa ditutup-tutupi. Identitas kultural itu tercermin dalam berbagai tradisi yang berkembang di Banyumas. Menurut saya, akan sangat sia-sia jika Banyumas yang sangat “kaya” itu kemudian kehilangan identitasnya karena tak ada upaya untuk melestarikannya. 

Senin, 18 Juni 2012

Plesiran neng Cikakak

Dulu waktu SD, antusias banget waktu temen-temen pada cerita kalau habis ke Masjid Saka Tunggal di Cikakak, Wangon, Banyumas buat lihat kera yang katanya banyak banget. Alhamdulillah keturutan setelah aku usia 22 tahun, hahaha.

Dulu aku kira, aku akan disuguhi wahana yang menakjubkan. Oh, sayang sekali tempat ini saat ini kurang terawat. Jalan menuju tempat itu rusak parah, tidak ada wahana apa-apa. Di sana cuma ada beberapa ekor kera, sebuah masjid, trus apa lagi ya? kurang tahu deh soalnya di sana nggak ada petugas yang mengarahkan sih, juga nggak ada yang bagiin brosur. Tiket masuk cuma 2000 perak trus kalo mau beli kacang buat kasih makan kera harganya 1000 perak/bungkus. Kalau mau tahu lebih banyak tentang masjid ini, bisa baca di sini aja ya. Karena tadi di sana cuma krik-krik jadi nggak tau apa-apa. Hahaha

Ini dia dokumentasinya :
Penampakan masjid

Jangan Malu Mengakui Diri Sendiri


“Saat ini banyak sekali orang yang malu mengakui diri sendiri. Bila kita orang Banyumas maka akuilah juga budayanya. Jangan malu untuk bicara dengan dialek Banyumasan karena sebenarnya itu adalah jati diri kita.”
“Anak muda zaman sekarang jangan hanya pasrah dan prihatin melihat keadaan yang semakin memburuk. Sudah saatnya anak muda melanjutkan perjuangan untuk membawa perubahan.”
Itulah kira-kira simpulan dari silaturahim singkat selama satu jam di rumah Bapak Ahmad Tohari.
Menurutku benar juga. Kadang orang malu untuk mengakui dirinya sendiri.
Lingkungan adalah cermin diri kita. Senang sekali bertemu dengan orang hebat macam beliau. Semoga perjuangan bapak dapat menginspirasi kami.

Selasa, 12 Juni 2012

Belajar Mencintai Budaya Sendiri

Berawal dari BBM dengan sahabatku Papito, kami memulai pembicaraan dengan topik yang nggak penting hingga akhirnya membahas perihal budaya. Aku sering minta rekomendasi lagu dangdut koplo atau campur sari yang bagus pada dia, hingga akhirnya kami berdiskusi tentang tembang dan gending Banyumasan yang sudah mulai dilupakan anak muda zaman sekarang. Kata Papito, dia sangat sulit menemukan web yang menyediakan fasilitas unduhan tembang atau gendhing Banyumasan. Dulu memang aku sangat anti dengan lagu-lagu macam itu, apalagi sejenis dangdut, campur sari, atau gendingan. Tapi ketika aku melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan dan hampir semua temenku adalah orang Pantura, mereka dengan bangganya menyanyikan dangdut koplo yang memang menjadi kesukaan mereka. Yah, dari situlah kemudian aku berpikir, jika bukan kita yang melestarikan "lagu" kita sendiri, lalu siapa lagi? Mungkin waktu pertama kamu dengerin berasa aneh, tapi lama-lama enak juga kok. Hehehe. Ada dua lagu yang lagi jadi favoritku Caping Gunung dan Kembang Glepang, Cekidot ya. . .