Senin, 08 September 2014

Konsep Cinta (3)


Aku tersenyum kepadanya kala itu. “Mas, tak pernah aku ungkapkan apa yang aku rasakan, mungkin selama ini kamu merasa bahwa aku sangat cuek, terkesan tidak peduli. Namun, percayalah jauh di dalam lubuk hatiku tersimpan kekaguman untukmu. Itulah, kekaguman dan cinta selalu datang beriringan meskipun terkadang keduanya tak bisa bersatu seperti air dan minyak. Dan kau masih saja menyebutkku dengan sebutan ‘Mbak’ dengan alasan penghormatan untukku. Awalnya aku merasa bahwa itu hal yang berlebihann, tapi justru di situlah istimewamu. Mas, bukankah cinta antara manusia harus senantiasa memelihara kepribadian orang yang dicintainya? tidak memaksanya menjadi seperti kita. Menurut Quraish Shihab, cinta pada manusia bermula dari pengenalan, lalu timbul penghormatan, kemudian timbul tanggung jawab, lalu muncul kesetiaan, dan tanpa hal-hal tersebut bukanlah cinta: bukan cinta bila tak mengenal, bukan cinta bila tak saling menghormati, bukan cinta bila tak bertanggung jawab, serta bukanlah cinta bila tak setia. Puncak cinta antarsesama manusia dinamai oleh Al Quran dengan sebutan : Mawaddah. Mawaddah adalah kosongnya jiwa dari segala yang buruk sehingga betapa pun buruk yang dicintai, hati tidak akan melihat keburukannya sehingga yang buruk terlihat menjadi kebaikan dan itu yang harus diperjuangkan bagi mereka yang menjalin cinta kasih.”

----
Akhirnya aku sampai pada sebuah simpulan bahwa menikah tidak sekadar perkara cinta. Menikah adalah sebuah pintu yang membuat dua orang yang tadinya hidup sendiri kemudian hidup bersama. Jadi yang dicari bukanlah cinta dalam definisi yang sempit, sebab cinta biasa tak akan bertahan lama, tetapi niat untuk beribadah dan hidup bersama itulah yang membuatnya abadi, sebab itu istri/suami dinamakan: teman hidup, belahan jiwa, soulmate, bojo, garwo (sigaring nyowo), dan sebagainya. Itulah yang membuatku berpikir ulang ketika harus menjalani rumah tangga jarak jauh, “Bukankah maksud menikah adalah mempersatukan dua orang yang sendiri, kenapa setelah menikah justru malah berjauhan?” Ah Meina, barangkali kamu yang masih terlalu kuno, bukankah sekarang era posmodernisme, teknologi semakin canggih, bahkan kau bisa berpacaran via telepon. Baiklah, tetapi masalahnya terkadang teknologi tak bisa mengatasi semua. Bukankah cobaan bisa kita pilih? Manakala tak bisa jauh, mengapa kita harus pilih yang jauh? Manakala tak bisa sendiri, mengapa harus susah-susah sendiri?

Dua orang yang berbeda lalu hidup bersama bukanlah perkara yang mudah. Penyamaan persepsi dan alur pikir juga menjadi bagian yang sangat penting. Pendalaman tentang faktor intrinsik maupun ekstrinsik diri juga menjadi hal yang harus dilakukan. Bukankah cinta bukan merupakan pemaksaan kehendak? Cinta adalah dialog antara dua aku. Cinta harus diperjuangkan dan memperjuangkannya melalui potensi yang dianugerahkan Alloh pada manusia, yakni potensi: mawaddah dan warahmah. Ketika pasangan merasa pedih, kita akan ikut merasa pedih lalu mengajaknya untuk bangkit. Itulah yang harus diperjuangkan pasangan suami-istri. Lantas, di situlah kuncinya: kerelaan saling memberi dan menerima. 

Mungkin tulisan ini belum menjawab kemantapan hati untuk menikah, yang pasti ada poin yang kutemukan: bahwa menikah tidak sekadar soal cinta, tapi bagaimana mencari orang yang bisa diajak hidup bersama. 

Yeah, tadinya aku belum berterima dengan ungkapan, “Barangkali jodohmu adalah orang yang selalu menyebutmu dalam doanya.” 
Barangkali memang benar, doanya bagaikan tetesan air yang akhirnya bisa menghancurkan bongkahan batu. Barangkali memang benar, jodoh adalah pilihan yang diridai Tuhan, bukanlah seperti cinta yang merupakan anugerah Tuhan meskipun keduanya tak bisa dipisahkan. 
Ingatkah kau empat kriteria dalam menentukan jodoh: rupa, keturunan, harta, dan agama. Pilihan yang utama adalah agama. Lantas, tiada kata cinta di dalamnya. Di situlah yang masih menjadi tanda tanya besar, memang benar belum ada yang bisa mendefinisikan cinta secara sempurna.

"Ya Alloh, kami memohon cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu serta mencintai apa-apa yang Engkau sukai dan cintai. Ya Alloh berikanlah kami tuntunan untuk mampu melakukan hal-hal yang Engkau sukai dan cintai serta yang paling baik akibatnya bagi kami semua."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar