Rabu, 13 Februari 2013

Menjelang 23


Sebuah rasa syukurku.
Karena engkau: Lelaki Platonik

Salam,
Hai, Lelakiku apa kabarmu? Pagiku kali ini terbuat dari senyumanku untukmu. Di atas ranjang mata yang terpejam, tak inginku terlelap kembali, kantuk terkalahkan pagi. Sedang apa kau di sana? apakah kau juga menggenggam rindu untukku?

Menjelang 23 ini, aku ingin katakan padamu bahwa banyak sekali hal yang terjadi dalam hidupku. Rasa syukur itu tentu saja yang selalu kupeluk erat. Kau datang padaku dan menggoreskan kisah pada jalan berdebu. Keping hati yang sedang mencari, seperti sepatu kuyu yang hilang satu. Kau datang kehujanan, dengan mantel basah dan bibir menggigil kedinginan. Bukan, bukan sebab sepeda tua yang kau kayuh malam itu. Bukan juga karena sapa lembut dirimu. Kau datang dengan hadiah untukku, senyuman yang menghangatkan tubuhku di antara rintik hujan. Di balik punggungmu, masih kupeluk erat bayanganmu.

Selasa, 12 Februari 2013

Cuma Tentang Benih



Cerita Pertama

Ada sebuah pohon yang sangat rindang. Selain itu, ia juga memiliki akar dan batang yang kuat dan dahan yang menjulang tinggi. Dua buah benih ingin sekali menjadi seperti induknya.
“Hai saudaraku apakah kau ingin menjadi pohon yang rindang, tinggi, dan kuat seperti induk kita?” tanya sebuah benih.
“Ya tentu saja, bahkan aku ingin jauh melebihi induk kita,” jawab benih yang lain.
“Tapi bagaimana caranya?”
“Tentu saja dengan pergi jauh dari induk kita.”
“Kenapa harus begitu? Aku takut jika harus tumbuh dan pergi jauh, aku tak yakin bisa bertahan hidup, jangan-jangan nanti aku dimakan hewan, aku pun tak bisa tumbuh.”
“Kenapa harus takut? Baiklah aku akan membiarkan diriku tertiup angin dan aku akan tumbuh di tanah yang jauh.”
Puluhan tahun kemudian benih yang jatuh tidak jauh dari induknya ternyata tidak tumbuh lebih besar dari induknya. Tentu saja bisa begitu, ia harus berbagi zat hara dan air tanah dengan sang induk. Ia pun hidup biasa-biasa saja.
Lain halnya dengan benih yang lain. Ketika angin mendaratkannya pada sebuah tanah ia dapat tumbuh dengan subur  tanpa harus berbagi air dan zat hara. Ia pun tumbuh jauh lebih tinggi dan besar dari induknya.
Seorang bijak pernah berkata, “Benih yang jatuh di bawah pohon induknya tidak akan tumbuh melampaui induknya.”

“Orang berilmu dan beradab tidak akan tinggal diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan penggantidari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.” (Imam Syafii)

Cerita Kedua
Alkisah terdapat dua orang yang sedang beristirahat di bawah sebuah pohon yang rimbun. Mereka adalah seorang ayah dan anaknya yang berbadan kecil. Dua orang itu tampak sangat lelah setelah berdagang. Puas beristirahat, sang anak bertanya pada ayahnya, “Ayah apakah suatu saat aku bisa menjadi orang yang kuat seperti Ayah?”