Ba'da maghrib telepon genggamku berbunyi, rupanya ada pesan masuk yang isinya memintaku membuatkan puisi perpisahan untuk anak SD. Yah, diminta dadakan gini, nggak ada jalan lain selain lewat jalan pintas. Beberapa diksi pun terinspirasi dari puisi sana-sini, targetku sih cuma nggak malu-maluin aja. Sungguh sangat sulit mencipta ruh dalam puisi, mungkin butuh waktu yang tak singkat, dan inilah puisi yang aku buat dalam waktu 30 menit, sing penting dadi.
Terima Kasih Guruku
Selagi kau
masih bisa menikmati mendung senja itu
Saat kelopak
kembang sore bermekaran, lazuardi memerah dan mendayu
Selagi kita
masih bisa memetik ilmu dari kuntum yang tak layu
Berterima
kasihlah pada guru-guru
Jika ilmu
adalah telaga maka berlayarlah di atasnya
Terima kasih
guruku karena kaulah penunjuk arah terhebat dalam pengembaraan ilmu
Bagaimana bisa
kau bilang bahwa guru bukan pahlawan
Jika tiap
petuahnya mampu meluruskan hati, mengindahkan nurani
Bagaimana bisa
kau bilang bahwa guru bukan pelita
Jika beliau
mampu menerangi dunia yang gelap
Setangkai rindu
di hati ini kuberikan untukmu,
Wahai guruku.
Sama mei, kmrn pas musim lulusan jg dpt job dadakan gt... nasib nasib...
BalasHapuspuisinya berat sekali buat anak SD,,,
BalasHapusganti judul Terima Kasih Dosenku min,,wkwk
@citra hahaha iya buk, ga papa asik juga ternyata
BalasHapus@papito iya pap, aku juga ngrasa, iki lewih cocok nggo SMA, menyederhanakan pikiran ternyata jauh lebih susah :(
berati pikiranmu ga sederhana ya me? njlimet,,wkwkwwk
Hapus