Senin, 14 November 2011

Tanjungmas Butuh Buku


Ilmu bagi anak-anak nelayan di daerah Tanjungmas seperti telaga teduh bagi musafir yang berkelana. Perihnya hidup karena kurangnya pengetahuan akan sirna seiring datangnya cakrawala ilmu, bernama : buku.

Perih, itulah perasaan yang kami rasakan tatkala mengadakan bimbingan belajar bebas biaya di Dukuh Tambakrejo, Desa Tanjung Emas, Kecamatan Semarang Utara, rupanya tinggal di ibu kota Provinsi Jawa Tengah bukanlah jaminan untuk menjadi orang yang berilmu. Banyak di antara anak-anak usia sekolah yang tidak mampu membaca dan berhitung, sebagian dari mereka mereka memutuskan untuk berhenti bersekolah, dan bekerja tanpa bekal ilmu yang memadai. Alih-alih untuk membeli buku, sebagian besar pendapatan warga sudah di "booking" untuk mencukupi kebutuhan harian mereka.  Kalaupun ada sisa, uang mereka habis untuk memperbaiki rumah yang setiap malam terendam rob. Oleh karena itu, tidak heran jika beberapa anak-anak nelayan memutuskan untuk putus sekolah karena jeratan ekonomi atau pola pikir yang belum maju, buat apa bersekolah toh ujung-ujungnya tetap miskin. Kalaupun ada anak-anak yang bertahan untuk bersekolah, namun fasilitas yang mereka miliki masih sangat terbatas, terutama buku pelajaran dan buku bacaan. Tidak heran jika keberadaan rintisan rumah pintar yang dilengkapi dengan buku-buku bacaan dan pelajaran pada akhirnya bisa menjadi salah satu gerbang bagi anak-anak di Tambakrejo untuk memperluas cakrawala pengetahuan mereka.

Kami bermaksud membuat sebuah rintisan rumah pintar yang dilengkapi dengan buku-buku bacaan dan pelajaran. Berdasarkan rencana kami, rintisan rumah pintar akan bertempat di gedung PAUD Sifana yang merupakan sebuah PAUD binaan PT Pertamina dan Unnes. Meskipun bangunan rumah pintar yang kami rintis masih menumpang dengan bangunan lain, tapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi anak-anak yang ingin belajar untuk berkunjung ke sana. Daerah yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan ini tergolong masyarakat sederhana. Daerah tersebut rawan terjadi rob, bahkan setiap malam rumah-rumah yang berada di sekitar tambak kerap digenangi rob hingga ketinggian satu meter. Tempat yang mereka huni tersebut tergolong daerah yang sulit dijangkau oleh khalayak. Hal ini dikarenakan akses transportasi yang belum memadai yakni jalan menuju salah satu RT di Tambekrejo yang terpisahkan oleh tambak sehingga orang yang ingin menjangkau daerah tersebut harus melewati jembatan nonpermanen yang terbuat dari bambu. Penduduk di daerah tersebut rata-rata berpendidikan rendah, selepas SD biasanya mereka memutuskan untuk bekerja atau membantu orang tua mencari ikan. Kondisi tersebut membuat pola pikir yang tidak pernah berubah dan memprihatinkan.  Realitas inilah yang mendorong kami untuk merintis sebuah rumah pintar yang dilengkapi dengan buku-buku bacaan dan pelajaran sebagai wadah memperluas pengetahuan anak-anak usia sekolah.

Kami membutuhkan uluran tangan dari para donatur untuk menyumbangkan buku kepada tunas bangsa yang merindukan ilmu untuk kehidupan yang lebih baik. Buku yang kami butukan adalah buku pelajaran (dari tingkat PAUD sampai dengan SMA) maupun buku bacaan. Buku yang disumbangkan dapat berupa buku baru/ bekas yang masih layak baca. Sumbangan dapat disalurkan dengan menghubungi Meina Febriani (+6285726219145), Wuri Prima (+628995588777), atau Yatmono (+6285642781700).

Rumah yang terendam rob

Kehidupan para nelayan

Salah satu rumah penduduk

Bimbingan belajar gratis di salah satu rumah warga

Bimbingan belajar gratis, diharapkan dapat meningkatkan motivasi anak-anak untuk terus maju

1 komentar: