Hai, Lelakiku apa kabarmu? Pagiku kali ini terbuat dari senyumanku
untukmu. Di atas ranjang mata yang terpejam, tak inginku terlelap kembali,
kantuk terkalahkan pagi. Sedang apa kau di sana? apakah kau juga menggenggam
rindu untukku?
Menjelang 23 ini, aku ingin katakan padamu bahwa banyak sekali hal
yang terjadi dalam hidupku. Rasa syukur itu tentu saja yang selalu kupeluk
erat. Kau datang padaku dan menggoreskan kisah pada jalan berdebu. Keping hati
yang sedang mencari, seperti sepatu kuyu yang hilang satu. Kau datang
kehujanan, dengan mantel basah dan bibir menggigil kedinginan. Bukan, bukan
sebab sepeda tua yang kau kayuh malam itu. Bukan juga karena sapa lembut
dirimu. Kau datang dengan hadiah untukku, senyuman yang menghangatkan tubuhku
di antara rintik hujan. Di balik punggungmu, masih kupeluk erat bayanganmu.
Ada sebuah pohon yang sangat rindang. Selain itu,
ia juga memiliki akar dan batang yang kuat dan dahan yang menjulang tinggi. Dua
buah benih ingin sekali menjadi seperti induknya.
“Hai saudaraku apakah kau ingin menjadi pohon yang
rindang, tinggi, dan kuat seperti induk kita?” tanya sebuah benih.
“Ya tentu saja, bahkan aku ingin jauh melebihi
induk kita,” jawab benih yang lain.
“Tapi bagaimana caranya?”
“Tentu saja dengan pergi jauh dari induk kita.”
“Kenapa harus begitu? Aku takut jika harus tumbuh
dan pergi jauh, aku tak yakin bisa bertahan hidup, jangan-jangan nanti aku
dimakan hewan, aku pun tak bisa tumbuh.”
“Kenapa harus takut? Baiklah aku akan membiarkan
diriku tertiup angin dan aku akan tumbuh di tanah yang jauh.”
Puluhan tahun kemudian benih yang jatuh tidak jauh
dari induknya ternyata tidak tumbuh lebih besar dari induknya. Tentu saja bisa
begitu, ia harus berbagi zat hara dan air tanah dengan sang induk. Ia pun hidup
biasa-biasa saja.
Lain halnya dengan benih yang lain. Ketika angin
mendaratkannya pada sebuah tanah ia dapat tumbuh dengan subur tanpa harus berbagi air dan zat hara. Ia pun
tumbuh jauh lebih tinggi dan besar dari induknya.
Seorang bijak pernah berkata, “Benih yang jatuh di
bawah pohon induknya tidak akan tumbuh melampaui induknya.”
“Orang berilmu dan
beradab tidak akan tinggal diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan
merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan penggantidari
kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah
berjuang.” (Imam Syafii)
Cerita Kedua
Alkisah terdapat dua orang yang sedang
beristirahat di bawah sebuah pohon yang rimbun. Mereka adalah seorang ayah dan
anaknya yang berbadan kecil. Dua orang itu tampak sangat lelah setelah
berdagang. Puas beristirahat, sang anak bertanya pada ayahnya, “Ayah apakah
suatu saat aku bisa menjadi orang yang kuat seperti Ayah?”