Apakah benar kata Raditya Dika bahwa ada fase
harus dilalui oleh manusia menjelang dewasa? Setelah melalui fase anak-anak
yang penuh keceriaan, lalu ABG atau remaja yang
identik dengan “alay”. Sebelum ia menjadi dewasa, masa-masa ABG itulah
yang biasanya dipenuhi dengan ke-alay-an. Alay disebut-sebut sebagai
akronim “anak layangan”, orang yang
dianggap norak dan ndeso. Biasanya
ke-alay-an remaja ditandai dengan kegandrungan pada boyband, lalu menulis
dengan huruf kapital secara berantakan, menggunakan bahasa yang dirasa “aneh”,
tapi tentu saja keren menurut mereka. Terus terang saya juga bingung untuk
mendefinisikannya.
J.W.M. Bakker Sj dalam bukunya yang berjudul
Filsafat Kebudayaan menjelaskan bahwa ada hal-hal yang dinamakan dengan faktor
kebudayaan. Faktor-faktor itulah yang dapat membentuk suatu kebudayaan,
diantaranya ada yang disebut sebagai teori evolusi dan degenerasi.
Evolusi merupakan perubahan yang terjadi secara
perlahan-lahan menjadi lebih baik atau lebih kompleks. Evolusi diajukan sebagai
faktor kebudayaan pada pertengahan abad XIX, pandangan itu diambil alih dari
ilmu biologi, orang yang sangat populer menggencarkan teori itu adalah Ch.
Darwin dengan publikasi yang menggemparkan The
Origin of Species by Means of Natural Selection or The Preservation of Favoured
Races in the Struggle of Life. Tidak
hanya ilmu biologi, evolusionisme juga berkembang dalam perkembangan kebudayaan
manusia. Contoh evolusi yang dilalui manusia adalah masa-masa berburu dan
meramu, lalu menggunakan otot, gigi, berkembang menjadai masa-masa penuh
peralatan , menanam , beternak, membangun kota, dan berpolitik.
Berlawanan dengan teori evolusi, degenerasi
disebut sebagai faktor yang mengakibatkan suatu taraf kebudayaan tertentu. Para
penganut paham degenerasi memandang sebuah kebudayaan purba merupakan fase yang
telah mengalami kemerosotan. Dalam mitologi kuno, dikhayalkan tentang abad emas
asli yang mengalami kebobrokan dan dekadensi.
Benarkah evolusi dan degenerasi bisa dilalui
manusia lewat fase hidupnya? Mungkin teori yang dianut saat ini adalah evolusi,
perubahan fase dari anak-anak, ABG/remaja, dan dewasa. Mungkinkah selanjutnya
manusia mengalami degenerasi? Bisa jadi. Dekadensi bisa dialami oleh manusia
ketika ia bosan dengan keseriusan dan hal-hal kedewasaan yang palsu, “alay” kah
solusinya?
Saya menggandrungi FTV, menggemari Coboy Junior,
suka warna-warna ngejreng, suka hal-hal yang rata-rata orang menyebutnya
“alay”. Saya menyebut hal-hal itu sebagai sebuah hiburan mengatasi kejenuhan. Namun,
bukankah hal yang disebut hiburan adalah hal yang disukai dan membuat bahagia?
Kadang alay itu tidak buruk. Benarkah itu disebut degenerasi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar