Senin, 21 Oktober 2013

Sebuah Jawaban


Sebuah tulisan yang mungkin bisa disebut lanjutan dari cerita rekan saya Gita Wiryawan : Menjelma Sisifus.

Sebuah jawaban untuk pengejaran cinta selama empat tahun. Ini benar-benar sebuah pengejaran. Yang Bukit tahu mengejar cinta seperti menggenggam pasir, bukan seperti sedang bermain petak umpet. Kenyataannya Bukit harus bersembunyi dari Sisifus, melakukan repetisi penolakan.
Ia tidak sepenuhnya seperti Sisifus. Hanya saja ada bagian dalam hidupnya yang menyerupai hukuman Sisifus, repetisi. Sebuah kegagalan yang ia ulang, mungkinkah sebab kepuasan atau obsesi? Inilah kisah antara Sisifus dan sebuah Bukit. Bukan hukuman abadi, tapi sebuah usaha untuk meletakkan batu di atas Bukit. Batu inilah yang katanya simbol ketulusan cintanya melalui repetisi dan usaha nyata.
Dalam mitologi Yunani, Sisifus  mendapat hukuman untuk mengangkat batu besar ke atas Bukit. Setelah sampai, batu besar itu menggelinding dan ia harus kembali mengangkatnya ke Bukit, begitu seterusnya. Sisifus inilah, simbol  repetisi kegagalan, melakukan sesuatu yang ia tahu bahwa sebenarnya gagal tapi tetap melakukannya. Kali ini ia benar-benar menyerah. Simbol Sisifus sudah usai baginya.
Sisifus tak lagi mengangkat batu ke atas Bukit. Sisifus dengan bijak mengakhiri hukumannya, ia membiarkan batu itu di Lembah, setelah ia sadar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diafirmasi Bukit. Batu yang ia bawa benar-benar tak bisa diterima oleh Bukit, membuatnya terus menggelindingkan batu itu ke Lembah.
“Aku tak merasakan bahwa batu itu sebuah simbol ketulusan, yang aku rasa batu itu menjadi simbol  obsesi yang ia lakukan secara terus-menerus,”  ucap Bukit pada Sisifus. “Pengejaran bukanlah sesuatu hal yang buruk, tetapi ada hal yang tidak bisa diafirmasi dari segala repetisimu,” lanjutnya.
Yang Bukit tahu, sebuah pengejaran tak bisa dilakukan secara general. Mengejar cinta berbeda dengan mengejar cita-cita. Sisifus boleh saja menjalani repetisi itu, menjalani kegagalan sampai Bukit menyerah, nyatanya itu hanya menjadi repetisi obsesi. Kini Sisifus meletakkan batu di atas Lembah, tak lagi melakukan repetisi. Sisifus meletakkan batu dengan hati-hati dan penuh ketulusan yang nyata. Bukan lagi obsesi yang ia lakukan. Batu itu kini berada di Lembah, tanpa ia melakukan repetisi obsesi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar