Sore itu kujumpai telepon genggamku terdapat panggilan tak terjawab,
“Oh dari dia, ada apa ya,” batinku. Setengah jam kemudian telepon genggamku pun
kembali berdering.
“Halo Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam, suaramu masih sama seperti yang dulu,” suara seorang
laki-laki dari speaker telepon
genggamku.
“Iya, tapi bukan berarti aku masih sama seperti yang dulu.”
“Maksudnya?”
“Filosofinya, hari ini harus lebih baik dari kemarin,” jawabku.
“Setidaknya suara itu yang dulu selalu menemaniku.”
Kami selalu mengawali pembicaraan dengan perdebatan. Ya, dia dulu
pernah menjadi kekasihku ketika remaja, boleh dibilang cinta pertamaku. Bahkan,
jauh sebelum kami dekat, kami selalu berselisih pendapat ketika rapat
organisasi. Entahlah, waktu itu ada sesuatu yang membuatku luluh dan berkata,
“iya”.