Jumat, 08 November 2013

Cinta Sederhana



Suatu sore di kantor. Saat itu gerimis masih cukup istimewa. Sepuluh menit pertama kala gerimis asik mencumbu basah tanah yang semakin mongering, justru adalah hal yang puitis. Sebab, ada harum tanah yang bisa kau nikmati.

“Sedang apa Dik?” tanya beliau.
“Sedang iseng saja Pak, ini nyicil tesis, sudah ada tagihan rupanya,” jawab saya sembari tersenyum.
“Dik, kau tak iri melihat teman-teman kau menikah?” sambungnya.
“Ya sampai saat ini biasa saja sih Pak, saya malah ikut seneng, mungkin belum waktunya saja buat saya Pak.”
“Saya senang melihat orang yang punya semangat tinggi seperti kau. Ya, semangat untuk membuat hidup jadi lebih baik dan terus membaik. Namun, ada baiknya kau juga tak lupakan untuk membangun kehidupan yang baru, sebab itu juga upaya untuk membuat hidupmu jadi lebih baik.”

…suasana pun hening.

 “Dik, Bapak punya pemikiran modern. Bagaimana kalau perempuan lebih dulu menyatakan cinta pada lelaki?”
“Emmm, mungkin saya masih kurang berterima dengan hal itu Pak. Tentu tak selaras dengan budaya kita.”
“Memang paradigmanya masih seperti itu. Namun, apa salahnya seorang perempuan menunjukkan bahwa dia mencintai seorang laki-laki?”
“Berarti ungkapan ‘perempuan boleh menolak dan laki-laki boleh memilih’ sudah tak lagi berlaku?”
“Bisa jadi, pada pemikiran modernisme perempuan juga punya hak untuk memilih. Perempuan bisa saja bertanya kepada lelaki, ‘apa kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?’”
“Nahasnya apabila perempuan itu ditolak, betapa malunya ia sebagai seorang perempuan.”
“Laki-laki yang baik tentu akan memperlakukan perempuan dengan baik pula. Setidaknya ada jawaban dari sebuah tanda tanya besar di hati perempuan itu. Bilamana lelaki itu tak baik, justru perempuan itu akan punya alasan untuk meninggalkannya.”
“Dan memulai hidup yang baru?” tanya saya.
………..

Pada hakikatnya kehidupan berjalan maju. Manusia tak punya kuasa untuk membahagiakan orang lain, tapi setidaknya Tuhan sudah memberi kesempatan untuk berusaha melakukan yang terbaik.

“Bapak, seperti kata Sapardi, aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Bisa jadi akan seperti itu Pak. Tatkala kesederhanaan menjadi sebuah optimalisasi dari segala keruwetan. Saat keruwetan itu tak lagi dianggap sebagai sebuah masalah dan manusia akan berkata : ‘ya’ pada sebuah kondisi yang ia dulu rasa sebagai sebuah beban lalu ia mau menerima segala resiko. That’s thinking simply. Bukankah itu bukti rasa cinta terdalam?”

Ya Tuhanku, janganlah engkau biarkan aku hidup seorang diri….. (QS Al Anbiya:89)

3 komentar:

  1. Kata Sapardi pula hidup adalah doa yang panjang... Keep spririt, Mei.. Love u...

    BalasHapus
  2. terima kasih mbakku... mari kita beri makna pada setiap hembus napas kita. love you too

    BalasHapus