Hidup adalah lompatan dari satu masalah ke masalah yang lain (Suseno, 2014).
Dinamika merupakan bagian yang pasti dalam kehidupan. Lima tahap kesedihan menurut Kubler Ross yakni: kemarahan, penyangkalan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Tahapan itu mungkin di-amini oleh beberapa orang yang sudah pernah mengalaminya, begitu juga aku. Namun menurut Ross, ada perbedaan karakterisitik laki-laki dan perempuan saat mengalami kesedihan bila dilihat dari sikapnya. Laki-laki akan tampak biasa saja tetapi sesungguhnya dia sedang melakukan tindakan destruktif. Berbeda dengan perempuan, meskipun ia tampak begitu hancur, sesungguhnya ia sedang mengonstruksi dirinya menjadi lebih baik.
Barangkali penerimaan yang sedang aku pelajari saat ini. Kalau mengulang pernyataan Ross, itu adalah fase terakhir dalam menyikapi kesedihan. Bilamana kehidupan bersifat dialektik maka setiap manusia akan mendapati fasenya masing-masing. Tentu, fase-fase itu akan terlihat dengan kadar yang berbeda dari sudut pandang manusia, tetapi sesungguhnya tidak di mata Tuhan. Seperti yang pernah dikatakan guru Madrasah Ibtidaiyahku kala itu, Tuhan akan memberikan tantangan pada setiap hamba-Nya sesuai dengan kadar kemampuannya. Itu sebabnya muncul nasihat bahwa manusia tak akan kalah oleh cobaan yang dihadapinya. “No one makes lock without a key. That’s why God won’t give you problems without solutions.”
Hal-hal itu yang membuatku menemukan pemikiran untuk menyikapi kesedihan dengan “biasa saja” karena setiap orang pasti pernah mengalaminya. Kesedihan adalah relativitas yang terjadi pada setiap diri manusia. Pada hakikatnya kesedihan itu tercipta oleh harapan yang tidak tercapai. Sedangkan manusia memang tak bisa terhindar dari keinginan dan harapan. Menyikapi hal-hal yang besar dengan biasa saja akan menjadikan “yang besar” menjadi “kecil”, bukan? Tentu dalam sudut pandang kita.
Bukan, bukan bermaksud menghentikan mimpi dan harapan tapi ada hal krusial yang harus kita ingat selalu, bahwa kegagalan adalah hal yang biasa. Menikmati fase kegagalan dengan biasa saja akan terasa sangat indah dalam hidup ini. Mungkin titik ini tak akan pernah aku lalui bila pil pahit kegagalan tak pernah kucicipi. Akhirnya aku tahu bagaimana legowonya bila tak bisa menyelesaikan studi tahun ini, harus memperpanjang semester, cinta tak sampai, proposal penelitian dan pengabdian yang tidak diterima, tidak bisa mengatur keuangan, serta hal-hal yang dulunya aku anggap sebagai sesuatu yang pahit, ternyata saat ini biasa saja.
Sekali lagi, hal ini akan kita mengerti tentu saja setelah kita tahu bahwa hidup itu selalu dinamis. Kegagalan juga pengalaman.
Betapa asiknya hidup ini bukan?
What have you done in your age?
sering buanget aku mikir aku ko cuma segini.. ko belum bisa begini begitu.. tapi kalo diingat-ingat ke belakang.. I really proud of my sellf.. ko bisa ya aku melalui hal-hal begini dan begitu dan sampai sekarang aku baik-baik aja..
BalasHapusya kan?