Rabu, 05 November 2014

Kesederhanaan


Yang istimewa pada pembukaan seminar internasional kali ini, bukan gedung auditorium yang mewah, bukan pidato dari para pejabat, bukan perkenalan para pembicara dari berbagai negara, bahkan bukan pula pidato dari "keynote speaker". Seorang kakek berkemeja putih yang duduk di sebelah saya-lah yang membuat malam ini begitu berkesan. Awalnya saya minta izin untuk duduk di kursi sebelah beliau yang kosong, beliau tersenyum dan mengizinkan saya. Pembicaraan pun mengalir, beiau terlihat sangat bersahaja. Beberapa saat kemudian, datanglah beberapa mahasiswa yang berulang kali membujuk beliau untuk duduk di kursi VIP, berulang kali pula beliau menolaknya.

Ketika pulang, saya kira beliau mengendarai mobil atau dijemput anak/cucunya. Saya berdiri di depan gedung auditorium dengan beliau, di luar hujan masih sangat deras. Beberapa mahasiswa membujuk beliau. "Saya mohon izin Bapak, apakah Bapak berkenan saya antar?" Beliau tersenyum dan kekeuh menunggu hujan reda. "Apakah Bapak masih akan menunggu angkot?"

---

Beliau adalah Bapak Djoko Kentjono, seorang pensiunan dosen linguistik di UI. Beliau pernah kuliah di Texas, satu angkatan dengan Prof Retmono (pernah menjadi Rektor Unnes), juga mengenal Prof Eko Wardono (guru besar linguistik di Unnes). Beberapa guru besar linguistik, seperti Harimurti Kridalaksana ternyata pernah dibimbing oleh beliau.

Berkat kesederhanaan beliau, kehujanan bersama mamang ojek pun jadi terasa begitu romantis.

Terima kasih Pak Djoko, saya masih ingat berulang kali Bapak mengatakan, "Semoga besok kita bertemu lagi."

Tangerang Selatan, 5 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar