Hidup yang Multilinear (Inspired by Obrolan di Bus)
Pagi ini aku berangkat ke Semarang, ya niatnya sih mau ikut kongres Hima sekalian ngurus beasiswa, eh ternyata pendaftaran beasiswanya dibuka tanggal 8 Februari, capek deh. Tapi gak apa-apa namanya juga perjuangan yo kadang ada asemnya dikit. =D
Hal yang akan aku ceritakan yaitu tentang pertemuanku dengan seseorang yang tidak lain dan tidak bukan seorang dosen sebuah perguruan tinggi di salah satu PTN, kenapa aku berminat untuk menuliskan pengalamanku? Karena aku takut jika suatu saat nanti aku LUPA, padahal kisah hidup yang diceritakannya sangat unik dan langka menurutku.
Mulanya aku hanya diam saja ketika Nusantara melaju dari Purwokerto sampai Wonosobo, nggak bisa tidur pula, sedangkan disampingku ada seorang pria yang usianya sekitar 37 tahun nampak cuek-cuek saja, yaudah aku juga ikutan cuek setelah itu Nusantara berhenti di Rumah Makan Gayatri. Setelah penumpang selesai makan, bus pun kembali melaju. Bapak di sebelahku pun memulai pembicaraan, biasalah basa-basi tanya mau kemana? Mahasiswa atau kerja? Semester berapa? Dan sebagainya. Sebenarnya aku sudah tau kalau beliau ini bukan orang “sembarangan” soalnya waktu beliau berbicara di telepon, aku bisa menilai dari suara dan gaya bicaranya, “Oh, ini orang pintar” dan sempat terlintas bahwa beliau adalah seorang dosen, alasannya : 1) Tasnya kayanya berisi laptop, 2)beliau asik membaca koran. Ahahha memang analisis gila, tapi ternyata TEPAT. Okay langsung aja, singkat cerita kami pun mengobrol dari Wonosobo sampai Semarang dengan tanpa jeda. Yo beruntunglah bapak itu bersebelahan dengan orang cerewet macam aku ini. Selama tiga jam itu aku bisa merangkai mozaik-mozaik cerita beliau menjadi kisah perjalanan hidup yang “berliku” namun “mengasyikan”, cekidot ya...
Beliau adalah orang asli Kudus, dulu sewaktu SMP beliau terkenal sebagai anak yang badung, malas, dan tidak pintar, hal ini dibuktikan dengan prestasinya yang biasa-biasa saja. Di SMP dulu sistem pembagian kelas didasarkan pada tingkat kecerdasan, kelas A adalah kelas yang paling pintar, sedangkan kelas E berisi siswa yang memiliki prestasi paling rendah. Beliau termasuk dalam kelas C, kelas yang paling badung, paling ribut dan memiliki kemampuan yang biasa.
Ketika memasuki SMA, beliau berhasil masuk di SMA paling favorit di Kudus, tetapi rupanya ulah beliau masih sama saja, bahkan lebih parah. Beliau sudah mengenal rokok, kongkow, dan jarang belajar, bahkan sering dikeluarkan oleh guru. Alhasil beliau tidak bisa masuk jurusan Fisika atau Biologi (karena beliau memang sangat cinta terhadap ilmu sosial dan bahasa). Namun keajaiban terjadi, sebuah hal kecil yang menurut beliau ‘sangat menggetarkan hatinya’. Ketika beliau sedang maju dan menulis jawaban di papan tulis, tiba-tiba guru bahasa Inggrisnya mendekat dan mengelus pundaknya, “Nang, koe ki sebenere gak bodo, mung koe ra tau gelem sinau, wis ora usah mbandingke awakmu karo mbakyumu (kakaknya memang juara siswa berprestasi nasional), sing penting koe terus usaha yo nang, koe duwe potensi lan aku yakin koe bisa.” Ucapan itulah yang selalu terngiang-ngiang dan menjadi motivasi hidupnya. Setelah itu beliau menjadi rajin belajar, berhenti merokok, dan kongkow (padahal sudah kelas 3 semester 1).
Waktu itu pendaftaran universitas pun tiba, keluarga menginginkan beliau untuk mendaftar di UGM dan UNS, alhasil beliau diterima di UNS, tapi waktu itu keluarga memaksa beliau untuk mendaftar STAN. Akhirnya beliau diterima di sekolah kedinasan itu. Setelah tiga bulan hidup di Jakarta dan menjadi mahasiswa STAN rupanya beliau merasa tidak betah, beliau merasa tidak tertantang sama sekali (yaelahhh Pak, =,= ). Beliau memutuskan untuk tidak pernah berangkat kuliah, akhirnya pihak keluarga pun tahu dan marah besar tapi beliau terus berpegang pada pendiriannya. Satu tahun berlalu dan beliau akhirnya menjadi mahasiswa UNPAD jurusan manajemen komunikasi (kalau gak salah). Kuliah pun beliau masih slengekan, namun beliau menjadi aktivis kampus, ikut berbagai kegiatan, aktivis rohis dan menjadi ketua Hima.
Suatu ketika, beliau yang merupakan penggerak dakwah kampus ditawari untuk “menikah” dan beliau menyetujuinya. Beliau diperkenalkan dengan seorang ukhti dari UPI oleh Pak Ustadz, selang 16 hari kemudian resmilah mereka menjadi suami istri. Padahal waktu itu beliau masih semester 6 (sama kaya aku),. Satu tahun mereka pisah rumah, karena beliau tak mampu menyewa sebuah kontrakan. Beliau yang memang sudah bekerja part time, optimis bahwa beliau mampu menafkahi sang istri. Keluarga mulanya ada yang mendukung ada juga yang tidak, teman-teman pun kaget, meraka berpikir yang bukan-bukan, tapi beliau membuktikan bahwa dia menikah karena ibadah. Salah satu ucapan yang membuatku terbelalak, “Untuk apa berpacaran yang tidak jelas, jika toh akhirnya tak menjadi istri saya.”
Beberapa waktu kemudian setelah beliau lulus, beliau melancong ke Purwokerto untuk melamar menjadi dosen (dengan peristiwa yang tak terduga) ternyata beliau diterima. Singkat cerita akhirnya beliau mendapat beasiswa S2 di IPB dan S3 di UNPAD, sebenarnya beliau mendapat beasiswa di Inggris tapi karena suatu hal akhirnya keberangkatan beliau digagalkan.
Wooooow, magic banget subhanallah rencana Allah ternyata jauh lebih indah daripada rencana manusia. Kemudian beliau bertanya, “Nah, adek sudah punya pacar?” kujawab, “He, belum Pak, mau konsen kuliah dulu, mau bahagiain orang tua dulu.” Kemudian beliau menjawab, “Oh, berarti pikiran Adek itu step by step dan linear ya, artinya setelah target A selesai, baru melaksanakan target B, bagaimana kalau ternyata Adek dapat membahagiakan orang tua dan hidup mapan ketika usia Adek 37 tahun? Soalnya saya punya teman perempuan, dia pintar dan kaya tapi usianya sudah 37 tahun, akhirnya dia menikah juga, tapi bukan karena keinginannya, menikah baginya hanya berupa sebuah kewajiban yang harus dijalani manusia pada umumnya. Karena saya nikah muda, anak saya sudah SMP sekarang, bayangkan saja jika saya sudah pensiun dan anak pertama saya masih berusia 20 tahun, lalu pendidikannya bagaimana? Ya kalau saya sudah punya investasi buat masa depan, kalau belum?” aku hanya diam saja, speechless (Yaiyalah lulusan S3 lawan lulusabn SMA)ngrasa BODO BANGET.
“Hidup itu bisa multilinear artinya dalam satu waktu bisa menjalankan beberapa target, buktinya dulu saya aktivis, menikah, dan bekerja, semua bisa saya lalui dengan baik.”
Aku yang hanya diam sebenarnya juga berpikir. Yaiyalah, itu kan beliau yang sangat PINTAR, bayangin aja jika seorang amahsiswa dengan kemampuan biasa saja harus bekerja, punya anak, dan belajar, jadinya malah bubar semua. Artinya, SEGALA HAL YANG AKAN KITA LAKUKAN HARUS MENGUKUR KOMPETENSI DAN KAPASITAS DIRI. Tapi semua cerita beliau membuatku sadar bahwa jalan hidup tak selamanya harus sempurna dan mulus. Ada kalanya kita harus menemui kegagalan, uji mental, dan cobaan-cobaan hidup. Namun apabila kita bertekad kuat dan yakin bahwa kita MAMPU, why not?
Oh iya, ada yang lucu nih. Aku tadi curhat dikit tentang kebingunganku milih mata kuliah pilihan yang menurutku penting semua, tiba-tiba beliau menyarankan untuk mengambil semua mata kuliah itu. “Ya gak mungkin dong Pak, masa saya ambil 26 SKS.” Tapi apa jawaban beliau? “Ikut kuliah kan gak harus ambil SKS to? Kamu tinggal ikut kuliahnya aja, kamu dapat ilmu, malah gak usah ngerjain tugas dan ujian, ya kan?” wahhh bener juga tuh, kan yang penting ilmunya ya? Lalu aku jawab, “Itu sih hal gila Pak, masa ikut kuliah tapi tidak terdaftar.” Beliau jawab, “Itu bukan hal gila, tapi keinginan menuntut ilmu.” :’)
Harus selalu optimis, karena “we are what we think”. Terima kasih sudah memberikan pelajaran hidup Pak.
Semarang, 25 Januari 2011
16.43
Selasa, 25 Januari 2011
Minggu, 09 Januari 2011
Catatan Akhir Tahun
1. Januari 2010
Di awal tahun 2010 aku memutuskan untuk masuk tiga organisasi sekaligus yaitu LingArt FBS (Kelompok Belajar Karya Ilmiah), Kalimasada (Rohis Jurusan), dan Hima BSI (Himpunan Mahasiswa), awalnya aku kira gak bakal bisa menjalankan semua tugas berat itu. Di bulan Januari aku membolang ke Weleri, Kendal jalan-jalan ke curug sewu dan pantai sikucing. Januari juga aku yudisium semester 3 ya lumayanlah dapet IP 3,31 walau jauh dari kata cumlaude tapi setidaknya ada peningkatan dalam semangat belajarku, dibanding semester 2 yang aku jauh tertendang turun dengan IP 2,95 (mampus rak??). urusan kompetisi di bulan Januari ada pengumuman PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) hmmm gak lolos deh.
2. Februari 2010
This is my birthday, bulan itu aku lupa ngrayain ultahnya gimana, hm. . .gak ada perayaan atau kejutan berarti seperti tahun-tahun sebelumnya, yang kuingat aku kebanjiran ucapan selamat di facebook, hoho. Hal yang menyakitkan terjadi di bulan ini adalah aku ngucapin selamat ulang tahun buat orang yang gak penting banget, lalu gak ditanggepin sama sekali (hadu, hadu nyeselllll, gak lagi-lagiiii sumpeh deh). Di bulan ini aku ngurus pengajuan beasiswa, ya lumayan ada dana tiga jeti buat nambah uang saku. Di bulan Februari aku nyoba nulis karya ilmiah untuk ngajuin PKMGT. Waktu itu aku juga sibuk nyiapin diri tuk jadi ketua panitia OIM (Olimpiade Ilmiah Mahasiswa)
3. Maret 2010
Perkuliahan semester 4 dimulai. Kegiatan organisasi dimulai dari lomba Olimpiade Ilmiah Mahasiswa, alhamdulillah aku sukses jadi panitia tapi aku gagal jadi juara.
Di bulan ini aku mulai menata target semester 4 yaitu lolos PKMGT, cumlaude, lolos Pimnas.
4. April, mei, juni, juli 2010
Perkuliahan rasanya mulai memanas. Aku gak ingat agendaku di bulan2 ini, yang kuingat (kayaknya) ada kompetisi karya ilmiah di fakultas tapi lagi-lagi aku gagal, hedeh. Di bulan itu ada pengumuman PKMGT dan Pimnas hasilnya? Hore...gak lolos. Hahahaha. Oh iya di Juni aku berhasil menelurkan 3 buku (sebagai penggugur tugas) dan aku mencoba untuk berbisnis cetak buku hohoho alhamdulillah bisa untuk nambah uang saku dan pengalaman cari duit.
5. Agustus 2010
Aku terpilih sebagai duta bahasa mewakili Unnes di provinsi, dan hasilnya? Cihuy. . .gak lolos. Hahaha. Di bulan ini aku menjadi sie acara GEMA (penyambutan maba) hoah rasanya cuapekkk banget, gak pernah liburan semester dan hampir tiap hari ke kampus untuk menyiapkan semuanya =)). Agustus, aku terima yudisium smester 4. Hasilnya? IP 3,50 kurang 0,01 untuk mencapai cumlaude. Itu arinya, gagal mengambil 24 sks dan gagal ujian skripsi semster 6. Pelajaran semester 4 = tak ada satu pun target tercapai. Kita lihat di semester 5.
6. September 2010
Awal bulan ini aku ke Jakarta dan Bandung untuk kuliah kerja lapangan. Hal yang membuat aku jatuh cinta yaitu waktu aku berkunjung ke pusat kurikulum Jakarta, gedungnya bagus, orang-orangnya pintar dan ramah. . .hoah senang banget kalau suatu hari bisa bekerja di sana (mupeng). Di bulan ini aku memulai menjalani hidupku sebagai mahasiswa semester 5, ya semester yang membuat kehidupan pribadi mulai terusik. Oh iya di bulan September LingArt sukses mengadakan Kencan Ilmiah Maba dan PKM ter WAH dengan 215 peserta, hahaha.
7. Oktober 2010
Di bulan Oktober aku ditinggal mbak kosku mba Haniek, mba Tika dan mba Amel yang wisuda. Wah, pertama ngerasa ada yang kurang hidup tanpa mereka (lebay) apalagi mba tika (partner kerjaku, huhuhu).
Ayahku masuk rumah sakit tapi orang rumah gak ngabari (sebel).
Tugas, rapat, latihan drama itu hal yang aku ingat di bulan ini. =(
8. November 2010
Aku sukses menjadi koordinator lomba KIR SMA tingkat provinsi. Hal yang membuat aku kagum adalah dengan kecerdasan siswa Taruna Nusantara, siswa yang cerdas emosional maupun spiritual (mupeng juga pengen jadi guru di sana, hahaha). Di bulan November LingArt mengadakan LAEC. Aku juga dapat kado spesial di bulan ini yaitu jadi juara 1 lomba karya tulis tingkat universitas.
9. Desember 2010
Di bulan ini kami mementaskan sebuah drama berjudul Jibril dan Aku, ya sebuah rombel yang mulanya sangat diremehkan, tapi akhirnya berhasil mementaskan drama dengan entitas terbaik. Di rombel ini aku jadi ass pimpro (kayak wakil ketua kelas) yang membuatku stres parah, bayangkan latihan drama hampir setiap hari pulangg pukul 1 pagi, belum lagi tekanan dari teman-teman. Pujian, teguran, hinaan bahkan fitnah turut mewarnai perjalanku di bulan ini seruuu banget, hehehe. Di akhir tahun aku membolang ke Jogja-solo dengan sahabat2 SMAku, melepas stres. Kami tak bermodalkan kendaraan pribadi, ya hanya mengandalkan public transportation. . .dan ini yang membuat sensasi tersendiri.
Hoah itu dia perjalananku di 2010, mungkin tak banyak yang kuingat.
Urusan persahabatan? Alhamdulillah sahabat bertambah.
Urusan keluarga? Alhamdulillah akan lahir si kecil.
Urusan kuliah? Yo koyo ngono pasang surut.
Urusan asmara? Gak ada yang kuingat sama sekali, hahaha.
Yang jelas sekarang aku mulai menyiapkan amunisi tuk menghadapi tahun 2011 dengan target :
1. Pimnas
2. Cumlaude
3. Skripsi
4. Duta bahasa (mungkin mau coba lagi eh gak ding) <= = diragukan
5. Mahasiswa Berprestasi (tiga besar fakultas) = ora muluk2 lah
6. Nemu calon *****
7. Nggemukin badan
8. Ke Borneo
9. Ke Pare (Nglancarin bahasa Inggris)
10. Keliling Jawa Tengah ( tinggal Jepara, Rembang, Blora, Pati dan sekitarnya yang belum kujelajahi )
11. Nabung...... (buat S2, amin)
12. Beli sepeda polygon (ngayal gpp)
13. Beli camdig (buat modal mbolang)
14. Ngadain baksos untuk kali kedua (amin)
15. Nambah koleksi buku. =))
16. Khatam
17. Puasa senen kemis
18. Tahajud (wah ini yang paling susah)
19. Pola hidup sehat (jangan kaya kelelawar)
20. Nyetak buku
21. Produktif nulis karya
22. Nambah piala
23. Latihan renang (gak mungkin sih, hahaha)
24. KKN alternatif
25. Beli batre laptop (hie gak penting banget buat ditulis hehe)
26. Naik gunung (ih gyeh mulai ngaco)
27. Nambah temen (mulai kehilangan ide)
28. Apa ya?
29. Ada usul?
30. Semoga aku bisa mengisinya sampai 100, hahahaha.
Semoga dapat melakukan yang terbaik, karena hasil akhir bukanlah segalanya, yang terpenting adalah proses. Jika dilihat dengan kasat mata memang target2ku di tahun 2010 tak ada yang tercapai tapi entah kenapa aku merasa sangat bahagia, karena dari kegagalan itu aku belajar tentang bagaimana untuk menjadi sukses, ya tentu saja dengan kemampuanku sendiri (Itulah yang dinamakan kegagalan yang indah). Di tahun 2010 aku juga belajar untuk JUJUR, dengan cara mengerjakan tugas sendiri, gak copy paste, gak nyontek waktu ujian, dan mencoba untuk menjalankan amanah dengan sebaik mungkin, itu semua karena rasa tanggung jawabku kepada jodohku kelak (ya pasangan, muridku, keluargaku, sahabatku atau bahkan anakku) aku malu bila tak dapat mengajarkan sesuatu yang baik kepada mereka. Yang jelas kita harus menyeimbangkan hubungan horizontal dan vertikal. Apa pun yang terjadi yang penting kita sudah berusaha. Soal asmara? Hmmm sebenarnya aku gak yakin kalau aku bisa jatuh cinta (lagi) hahaha, mungkin karena hati ini sudah terlalu lelah untuk merasa “kecewa”. Aneh dan lajak memang kedengarannya, tapi itulah kenyataan, aku rapuh dan memang orientasiku saat ini bukan “asmara”. Yang jelas aku gak akan ngelakuin hal-hal bodoh lagi cuma buat orang yang gak penting banget, apalagi berkorban untuk orang yang gak mau berkorban untuk aku, CUKUP!!
Oh iya akhirnya aku telah menemukan semangatku untuk nulis skripsi yaitu aku ingin mempersembahkan skripsiku untuk kedua orang tuaku, karena mereka yang tak pernah lelah mendukungku walau sering aku kecewakan, banjir air mata nih jadinya huuhu =’( itulah alasanku kenapa menjadi semangat seperti ini, aku tak mungkin mejadi “besar” tanpa kalian. Aku ingin membahagiakan kalian.
Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang aku peroleh di tahun 2010, semoga 2011 bisa lebih baik lagi.
Semangat, pasti bisa !!!
Semarang, 1 Januari 2011
13.43
MANUSIA YANG DIUTUS TUHAN
Seperti halnya kaki seorang bayi yang baru dilahirkan. Kecil, putih, bersih, wangi, lalu apa yang akan dilakukan kaki itu ketika menapak bumi maka kakinya yang suci akan penuh dengn lumuran dosa, kaki mungilnya berubah menjadi monster mengerikan yang kasar dan menjijikan oleh dunia yang bermandikan dosa. Sebuah dunia penuh hina yang menyamar menjadi nirwana.
Kesal memang kesal. Raga dan jiwa terasa letih dan kaku menjalani dunia yang selalu tersenyum palsu. Aku benci dengan semua ini. Apalagi sosok perempuan itu, sosok yang aku tak mau lagi melihat wujudnya. Sosok yang telah menghancurkan hidupku, dan bermuka topeng.
Mulanya perempuan itu datang dengan tersenyum manis, parasnya yang lugu dan menawan membuat hati ini merona jingga, tapi apa dikata itu adalah topeng kebusukannya, dunia ini busuk kawan.
Sama halnya dengan tuanku di tempatku bekerja, dia menawarkan imbalan padaku yang selangit tingginya, ternyata dia dusta, dia penipu dan tak ubahnya seperti mayat hidup yang hanya mampu berjalan dengan raganya yang busuk. Dia hidup, tapi jiwanya sudah mati. Sungguh pantas bila kusebut dia mayat.
Saat ini hatiku galau, berbagai tempaan hidup aku jalani.
Susah iya, tapi kenapa senang tak kunjung datang?
Apakah Tuhan adil?
Dulu waktu aku masih kecil, guru mengajiku pernah bilang bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba-Nya, apakah Tuhan pernah berbohong? Atau jangan-jangan guru mengajikulah yang berbohong.
Oh tidak, akau harap semua ini hanya mimpi, aku ingin terbangun dengan kondisi yang nyaman, tapi begitu aku menampar pipiku. Aaaaauwwww, sakit yang kurasa, ternyata aku tak sedang bermimpi.
Tuhan, kali ini aku bersujud padamu, entah kapan kali terakhir aku bersujud pada-Mu yang kutahu sajadahku sekarang berdebu, sarungku sudah lapuk karena hanya kupakai untuk tidur, sedangkan kitabku? Mungkin terbawa ibu waktu dia menjual buku-bukuku di tukang rongsok.
Tuhan, apa Kau bisa menjawab tanyaku?
Tuhan mengapa kau mengutus perempuan itu? Mengutus orang-orang yang hanya bisa menghancurkan hidupku?
Tuhan, mengapa kau menciptakan neraka, bila ada surga yang begitu menyenangkan?
Aku terdiam,
Tapi tunggu....
Apa jangan-jangan Tuhan mengutus perempuan dan orang-orang itu untukku semata untuk mengujiku?
Apa jangan-jangan Tuhan menciptakan neraka, agar semua orang berusaha berbuat baik untuk mencium surga-Nya?
“Kadang kita memikirkan sesuatu hanya dari segi yang kita merasa “dirugikan” pernahkah kamu berpikir bahwa kesulitan-kesulitan yang sedang kamu rasakan adalah keseulitan “utusan” Tuhan yang dikirimkan untuk mengujimu? Ya tentu saja agar membuatmu lebih kuat.”
---Allah tak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba-Nya ---
Be strong !!!
Semarang, 7 Januari 01.32 AM, dini hari.
Demi Masa
Demi waktu sesungguhnya, waktu tak akan kembali lagi.
Demi waktu, sesungguhnya hal yang paling jauh dari kita adalah masa lalu dan hal yang paling dekat dengan kita adalah kematian.
Apa yang kau lakukan kini apakah selalu berguna, apa kau hanya melakukan hal bodoh yang hanya mempertua umurmu dengan sia-sia?
Flash back = = =>
24 Desember 2010
Hari itu aku membuat rencana dengan teman-temanku untuk berlibur di Yogyakarta, aku begitu semangat sampai-sampai pukul 06.00 aku sudah standby di angkot dan pukul 09.00 aku dah di Solo, naik motor ke Stasiun Balapan dan pukul 11.00 aku sudah sampai di Yogyakarta.
Hari itu dari pukul 06.00 – 11.00 aku sudah menempuh jarak puluhan kilometer dengan tantangan yang cukup waow = naik public transportation dan baru kali pertama ke sana seorang diri.
Coba bandingkan = = >
Pada hari-hari biasa, apalagi liburan biasanya pukul 01.00 aku baru tidur, itu pun karena aku main game, on line, atau aku bisa tahan tidur habis subuh kalau lembur film Korea, lalu bangun siang, bermalas-malasan dan tidur-tiduran.
Padahal,
Waktu pukul 06.00 – 11.00 (5 jam) aku sudah menjelajah Semarang-Solo-Yogyakarta.
Lalu, bagaimana kamu memanfaatkan waktumu?
Memang benar, waktu tak mungkin terulang kembali, apa yang sudah kita jalani kini tak mungkin terulang persis di masa yang akan datang. Apakah selalu ada kesempatan kedua? Aku jawab tidak selalu, kecuali Allah yang berkehendak.
Manfaatkanlah waktumu kawan, sungguh waktu terlalu berharga untuk di sia-siakan dan jangan sampai menyesal di kemudian hari.
Demi Masa (Raihan)
Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan beramal sholeh
Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasehat kepada kebenaran dan kesabaran
Gunakan kesempatan yang masih diberi moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan kerna ia takkan kembali
Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Semarang, 7 Januari 2011
00.30
DAN KAU PUN TAK PERNAH MENGATAKAN CINTA PADAKU.
Dulu aku pernah bertanya, bolehkah kita jatuh cinta? Sedangkan kita tak tahu bagaimana cara melabuhkan cinta? Hati seolah kumbang yang hinggap di setiap bunga, menyeruput manisnya serbuk sari, tapi tak tahu harus berhenti di bunga yang mana? Sang kumbang pun tak tau akan dibuat apa sari bunga itu? Hati juga bukan hidangan yang siap dijamah oleh setiap pengunjung. Jika hati bebas untuk dimiliki kenapa laki-laki hanya kehilangan sebuah tulang rusuknya? Kau hanya diam dan tak pernah berkata apa pun, matamu sayu. Kau hanya berkata bahwa kau peduli denganku, ya peduli sebagai seorang saudara seperjuangan.
Aku melihatmu tersenyum, berkata dan sesekali bergurau. Ucapanmu manis, semanis waktu kali pertama kita bertemu. Ya, tak seperti orang biasanya, kau bahkan tak pernah menyentuh tanganku, kita bercengkrama begitu hangat, tapi tanpa secuil pun sentuhan. Kau melirik padaku, dan aku tak punya nyali tuk menatap matamu, kau pun diam dan tersenyum malu. Kita kembali tertawa bersama, mungkin cicak di sana merasa cemburu dengan kita. Dua orang yang asik bercerita tanpa ada jeda bahkan bayangan kita pun tampak begitu mesra.
Hari itu aku layu. Kau belum juga bilang bahwa kita ada rasa, aku tunggu ucapanmu. Satu detik, satu menit, satu hari bahkan penantian yang sudah hampir lelah dan jenuh kujalani. Aku hampir meledak, namun kau datang membawa kesejukan. Kau bilang bahwa kau tak ingin menodai siapa pun, termasuk hati. Kau bilang bahwa kau tak ingin lancang, kau ingin meminta izin pada Allah bahwa kau akan jatuh cinta. Kau bilang bahwa ketika kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati maka, kau tak akan rela jika ia tersakiti, dan begitulah caramu mencintai seseorang. Kau bahkan sabar menahan gejolakmu demi cintamu pada seorang yang terkasih, ya tentu saja karena Allah.
“Tunggu sampai pada waktunya maka semua akan terasa indah. . .aku percaya bahwa aku akan menemukan tulang rusukku yang hilang.” Itu katamu.
Langganan:
Postingan (Atom)