Minggu, 09 Januari 2011

DAN KAU PUN TAK PERNAH MENGATAKAN CINTA PADAKU.


Dulu aku pernah bertanya, bolehkah kita jatuh cinta? Sedangkan kita tak tahu bagaimana cara melabuhkan cinta? Hati seolah kumbang yang hinggap di setiap bunga, menyeruput manisnya serbuk sari, tapi tak tahu harus berhenti di bunga yang mana? Sang kumbang pun tak tau akan dibuat apa sari bunga itu? Hati juga bukan hidangan yang siap dijamah oleh setiap pengunjung. Jika hati bebas untuk dimiliki kenapa laki-laki hanya kehilangan sebuah tulang rusuknya? Kau hanya diam dan tak pernah berkata apa pun, matamu sayu. Kau hanya berkata bahwa kau peduli denganku, ya peduli sebagai seorang saudara seperjuangan.

Aku melihatmu tersenyum, berkata dan sesekali bergurau. Ucapanmu manis, semanis waktu kali pertama kita bertemu. Ya, tak seperti orang biasanya, kau bahkan tak pernah menyentuh tanganku, kita bercengkrama begitu hangat, tapi tanpa secuil pun sentuhan. Kau melirik padaku, dan aku tak punya nyali tuk menatap matamu, kau pun diam dan tersenyum malu. Kita kembali tertawa bersama, mungkin cicak di sana merasa cemburu dengan kita. Dua orang yang asik bercerita tanpa ada jeda bahkan bayangan kita pun tampak begitu mesra.

Hari itu aku layu. Kau belum juga bilang bahwa kita ada rasa, aku tunggu ucapanmu. Satu detik, satu menit, satu hari bahkan penantian yang sudah hampir lelah dan jenuh kujalani. Aku hampir meledak, namun kau datang membawa kesejukan. Kau bilang bahwa kau tak ingin menodai siapa pun, termasuk hati. Kau bilang bahwa kau tak ingin lancang, kau ingin meminta izin pada Allah bahwa kau akan jatuh cinta. Kau bilang bahwa ketika kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati maka, kau tak akan rela jika ia tersakiti, dan begitulah caramu mencintai seseorang. Kau bahkan sabar menahan gejolakmu demi cintamu pada seorang yang terkasih, ya tentu saja karena Allah.


“Tunggu sampai pada waktunya maka semua akan terasa indah. . .aku percaya bahwa aku akan menemukan tulang rusukku yang hilang.” Itu katamu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar