Hiburan kampung yang sangat aku rindukan. Entah kapan
kali terakhir aku menikmati wahana pasar malam. Di sekitar kampusku, tiap tahun
memang rutin diadakan pasar malam. Selama empat tahun, aku jarang sekali
mengunjungi pasar malam, yang kuingat adalah waktu semester satu aku pernah
pergi ke pasar malam, tapi untuk membeli jajan, ketika aku lihat wahana yang
ada aku cukup tersenyum simpul dan bergumam, “kampungan sekali”.
Namun kemarin, segalanya berubah. Aku dan Indah
kawanku, mengunjungi pasar malam dan sepertinya aku akan ketagihan. Betapa aku
menemukan berbagai perspektif yang berbeda dari pasar malam. Mulai dari tingkah
pedagang, pengunjung, sampai pada pengelola wahana pasar malam. Mulai dari
pedagang jilbab, pedagang harum manis, pedagang pakaian, pedagang perkakas
rumah tangga bahkan sampai pedagang pakaian dalam. Ada pula tingkah pengunjung
yang pergi bersama kekasih, pengunjung yang pergi seorang diri, pengunjung yang
pergi bersama keluarga, dan yang pergi dengan teman-temannya. Ada juga tingkah
pengelola wahana rumah hantu, bianglala, ombak banyu, pesawat terbang, kereta,
dan komidi putar.
Satu-satunya wahana yang aku nikmati adalah ombak
banyu, alasannya karena itu yang paling menantang. Selain dijalankan dengan
kekuatan mesin, rupanya ombak banyu dijalankan juga dengan tenaga manusia. Bentuknya
seperti lingkaran besar, penikmat wahana duduk di atas besi yang dibuat model
kursi panjang. Tidak lupa pengelola juga memutar lagu dangdut koplo, lampu
berwarna merah-kuning-hijau-biru yang menyala dan mati dengan silih berganti pun
turut memarakkan ombak banyu. Di sana aku benar-benar merasa seperti berada di
diksotik level kampung. Lalu bagaimana dengan penumpang ombak banyu yang lain? Ini
yang paling unik. Di sana ada dua pasang kekasih, satu orang lelaki yang
sepertinya sedang patah hati, dua orang anak kecil, dan seorang perempuan
bersama anak kecil. Rasanya senang sekali mengamati tingkah mereka, tatkala aku
dan Indah sedang heboh sendiri dan menjerit-jerit karena ombak banyu melaju
kencang, rupanya di ujung sana ada kekasih yang curi-curi kesempatan dengan
menutupi mata kekasihnya dengan tangannya (chiyeeee),
lain lagi dengan tingkah anak kecil di depanku, bahkan ia tak berpegangan sama
sekali, lalu seorang laki-laki yang sepertinya sedang patah hati itu malah asik
ber-SMS ria sambil senyum-senyum sendiri, sepertinya dia ingin menunjukkan
bahwa “Ki loh, aku yo payu, iseh iso
sms-an”. Yang paling lucu adalah tingkah si umber “tenaga manusia ombak
banyu” mereka seperti beratraksi, ada yang muter-muter, jempalitan, koprol, ngesot,
sampai bertingkah seperti ular kepanasan sembari memutar ombak banyu dengan
tenaga mereka sambil mengikuti hentakan irama dangdut koplo yang mengalun
dahsyat.
Sepanjang aku menikmati pasar malam dan ombak
banyu, aku seperti sekampung-kampungnya orang yang sedang menikmati hiburan
kampung. Yah, jangan remehkan hiburan apapun dan dapatkan perspektif berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar