Lanjutan dari : Sosok Istimewa dan Sosok Istimewa (2)
Sore itu, aku dikejutkan dengan sebuah paket berwarna cokelat. Paket
yang sebenarnya aku tahu bahwa itu dikirimkan oleh teman sekamarku ketika
kuliah S-1, Nita. Semenjak tahun 2008 kami memang punya ritual untuk memberikan
kado ketika berulang tahun. Ulang tahunku sudah lewat cukup lama, Nita sudah
berulang kali menanyakan, “Kamu mau kado apa?” Namun, tak jarang aku melewatkan
SMS-nya, entahlah. “Nita, cuek itu bukan berarti tak peduli, aku hanya tidak
ingin merepotkanmu,” batinku.
Bukan Nita namanya kalau tak protes denganku, luluh juga hatiku. “Iya
Nit, aku pengin rok, tapi yang panjang, rok pemberianmu tahun lalu terlalu cungklang untukku,” begitu kira-kira
balasan SMS-ku. Nita pun semakin rajin mengirimiku SMS untuk menanyakan model
rok apa yang aku kehendaki, tapi dasar Mina, lagi-lagi aku jarang membalas SMS-nya.
“Ngapain juga tanya-tanya, aku bukan orang yang ribet dalam memilih barang
belanjaan,” kataku dalam hati.
Kami memang berbeda, apa lagi kalau sedang berbelanja. Aku suka
belanja tapi bukan tipe orang yang ribet. Berbeda dengan Nita, ia harus
berkeliling dari Toko A sampai Z baru menentukan pilihan, tak jarang pilihannya
jatuh ke Toko A, alhasil kita harus putar balik. Dengan keadaan yang seperti
itu, biasanya aku melancarkan aksi cemberut, tapi hilang sudah rasa jengkel kalau
sudah disumpal traktiran oleh Nita, apalagi segelas teh susu Tong Tji. Nikmat
sekali.
Aku masih saja berlaku cuek. Dia sudah sangat paham tabiatku, kalau
cuek berarti Mina sedang terlalu banyak pekerjaan. Lama sudah dia tak SMS,
hingga datanglah paket itu, aku membukanya dengan sangat hati-hati.
Tasbih, rok panjang, buku
tuntunan salat, dan sepucuk surat ada di tanganku. . .
“Alhamdulillah,” ucapku. Aku tak menyangka akan begini dahsyat
rasanya. Tanganku gemetar, aku menggigit bibir, tumpah sudah air mataku. Hingga
berlanjut malam, masih kurenungi kata-katanya. Pada sepucuk surat, kembali
kutangisi.
Dari Ibnu Abbas, menceritakan
bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, “Wahai Rasulullah manakah di antara kami
kawan-kawan yang terbaik? Beliau menjawab, “Seseorang yang dengan melihatnya
mengingatkan kalian kepada Allah, dengan perkataannya bertambah amal kebaikan
kalian, dan amal-amalnya mengingatkan kalian pada akhirat.” (HR. Abu Ya’la)
Semoga persahabatan kita dapat mengantar kita ke Jannah, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar