Nyatanya, hujan pun tak merintik pada kemarau.
Andai kau tahu, sisa pasir di sepatumu masih aku simpan,
sebab tak ada yang bisa kau tinggalkan.
. . .
Nyatanya sangat menyakitkan dan melelahkan,
merindukan hujan pada kemarau.
Tuhan, kulukis bait rindu di langit.
Apalah arti jarak, bila kita masih bisa melihat purnama yang
sama.
Untuk: Lelaki platonik
di kota barumu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar