Sumber |
“Akan sangat
menyedihkan dan menyakitkan,
merindukan seseorang yang belum halal bagi kita.” (Nana Riskhi)
merindukan seseorang yang belum halal bagi kita.” (Nana Riskhi)
Bukan apa yang kau terima dari cintamu, tapi apa
yang telah kau lakukan untuk cintamu. Karena siapa? makhluk? tentu saja bukan.
Lakukan semuanya lillahita’ala maka
hidupmu damai selalu.
Menemukan konsep jatuh cinta, hal yang benar-benar
sedang Greta renungkan dalam tiga bulan belakangan ini. Bahwa memang sangat
melelahkan dan menyiksa perasaan, mengharap sesuatu selain kepada Tuhan.
Manusiawi, jika kita “mengharap” tapi harapan hanya akan mendatangkan kecewa
jika tak bermuara kepada-Nya. Berharap dengan makhluk hanya akan menyiksa batin
karena manusia memiliki kuasa untuk menyalahkan dia sebagai sesama makhluk.
Beda halnya ketika segala puncak pengharapan hanya ditujukan pada zat yang
kekal, tak akan ada rasa su’udzon.
Mungkin benar kata Sudjiwo Tedjo, bahwa “Jatuh
cinta itu takdir dan menikah itu nasib.” Perasaan cinta pada seseorang tumbuh
dengan alamiah dan naluriah, mana bisa manusia menghindarinya?
“Hanya dengan tidak jatuh cinta pada masanya yang
bisa menjaga hati kita tetap suci dan damai,” batin Greta. Benarkah begitu?
“Sepertinya akan sangat menyakitkan bagi seorang suami bila mengetahui bahwa
istrinya ternyata dulu sangat mencintai pria lain,” sambungnya. Ya, jatuh cinta
dan setia pada pasangan yang akan mengantarkan kita surga nanti, bahkan jauh
sebelum dipertemukan secara nyata, akan menjadi hal yang sangat indah.
Satu-satunya jalan yang diridai Tuhan dalam
mempersatukan cinta adalah pernikahan. Itulah surga bagi sepasang kekasih.
Mencintai tak hanya sekadar hal cinta. Mencintai bukanlah urusan antara manusia
dan manusia.
“Akan
kusempurnakan agamaku dengan meminangmu,” ucap si Fulan. Bukan dengan
alasan apa pun selain keikhlasan. Bukan dengan tujuan apa pun selain menggapai
surga-Nya.
Sejak itulah, sejak istikharanya dijawab Tuhan.
Greta dan orang yang sangat dicintainya semakin dijauhkan. Namun, Greta sangat
meyakini bahwa janji Tuhan selalu benar. “Mungkin memang dia bukan yang terbaik
atau mungkin saja akan dipertemukan kembali dalam keadaan yang halal,” bisik
Greta padaku. Tidak ada jalan yang lebih baik selain mengubur perasaannya
dalam-dalam. Mencintai dalam diam. Mencintai tanpa harap, selain balasan dari
Tuhan.
“Ya, jika cinta tak bisa dihindari, setidaknya
dengan tidak berharap dari makhluk dapat membuat cinta tumbuh dengan indah,
meski kita tak pernah tau, dia akan tetap hidup atau mati, atau bahkan berganti,”
kata Greta. Sebab Tuhan maha membolak-balikkan hati, tak ada yang tahu apa yang
akan terjadi nanti, kecuali Dia.
Meski sebelum istikhara Greta sudah tahu jawaban
Tuhan, bahwa dia pasti akan dijauhkan dengannya, cepat atau lambat. Apalagi
kalau bukan karena Tuhan sangat mencintai Greta? Apalagi kalau bukan karena
Tuhan ingin menjaga hati Greta? “Aku akan menggapai surgaku saat ini, bagi
perempuan yang belum menikah, orang tualah surganya. Fokus pada cita-cita,
semangat berbagi, mengabdi, dan menggapai mimpi. Semoga diberi kesempatan untuk
jatuh cinta pada masanya, masa yang sangat indah, ketika cinta terbuat dari
sekuntum ibadah” Tutup Greta. Mengutip kata Ebiet G Ade, ”Tuhan izinkan aku reguk
cinta-Mu.”
Kusuma, 16 Mei 2013
00.07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar