Kamis, 16 Mei 2013

Izinkan Aku Reguk Cinta-Mu




Sumber
“Akan sangat menyedihkan dan menyakitkan, 
merindukan seseorang yang belum halal bagi kita.” (Nana Riskhi)

Bukan apa yang kau terima dari cintamu, tapi apa yang telah kau lakukan untuk cintamu. Karena siapa? makhluk? tentu saja bukan. Lakukan semuanya lillahita’ala maka hidupmu damai selalu.
Menemukan konsep jatuh cinta, hal yang benar-benar sedang Greta renungkan dalam tiga bulan belakangan ini. Bahwa memang sangat melelahkan dan menyiksa perasaan, mengharap sesuatu selain kepada Tuhan. Manusiawi, jika kita “mengharap” tapi harapan hanya akan mendatangkan kecewa jika tak bermuara kepada-Nya. Berharap dengan makhluk hanya akan menyiksa batin karena manusia memiliki kuasa untuk menyalahkan dia sebagai sesama makhluk. Beda halnya ketika segala puncak pengharapan hanya ditujukan pada zat yang kekal, tak akan ada rasa su’udzon.
Mungkin benar kata Sudjiwo Tedjo, bahwa “Jatuh cinta itu takdir dan menikah itu nasib.” Perasaan cinta pada seseorang tumbuh dengan alamiah dan naluriah, mana bisa manusia menghindarinya?
“Hanya dengan tidak jatuh cinta pada masanya yang bisa menjaga hati kita tetap suci dan damai,” batin Greta. Benarkah begitu? “Sepertinya akan sangat menyakitkan bagi seorang suami bila mengetahui bahwa istrinya ternyata dulu sangat mencintai pria lain,” sambungnya. Ya, jatuh cinta dan setia pada pasangan yang akan mengantarkan kita surga nanti, bahkan jauh sebelum dipertemukan secara nyata, akan menjadi hal yang sangat indah. 
Satu-satunya jalan yang diridai Tuhan dalam mempersatukan cinta adalah pernikahan. Itulah surga bagi sepasang kekasih. Mencintai tak hanya sekadar hal cinta. Mencintai bukanlah urusan antara manusia dan manusia.
“Akan kusempurnakan agamaku dengan meminangmu,” ucap si Fulan. Bukan dengan alasan apa pun selain keikhlasan. Bukan dengan tujuan apa pun selain menggapai surga-Nya.
Sejak itulah, sejak istikharanya dijawab Tuhan. Greta dan orang yang sangat dicintainya semakin dijauhkan. Namun, Greta sangat meyakini bahwa janji Tuhan selalu benar. “Mungkin memang dia bukan yang terbaik atau mungkin saja akan dipertemukan kembali dalam keadaan yang halal,” bisik Greta padaku. Tidak ada jalan yang lebih baik selain mengubur perasaannya dalam-dalam. Mencintai dalam diam. Mencintai tanpa harap, selain balasan dari Tuhan.
“Ya, jika cinta tak bisa dihindari, setidaknya dengan tidak berharap dari makhluk dapat membuat cinta tumbuh dengan indah, meski kita tak pernah tau, dia akan tetap hidup atau mati, atau bahkan berganti,” kata Greta. Sebab Tuhan maha membolak-balikkan hati, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti, kecuali Dia.
Meski sebelum istikhara Greta sudah tahu jawaban Tuhan, bahwa dia pasti akan dijauhkan dengannya, cepat atau lambat. Apalagi kalau bukan karena Tuhan sangat mencintai Greta? Apalagi kalau bukan karena Tuhan ingin menjaga hati Greta? “Aku akan menggapai surgaku saat ini, bagi perempuan yang belum menikah, orang tualah surganya. Fokus pada cita-cita, semangat berbagi, mengabdi, dan menggapai mimpi. Semoga diberi kesempatan untuk jatuh cinta pada masanya, masa yang sangat indah, ketika cinta terbuat dari sekuntum ibadah” Tutup Greta. Mengutip kata Ebiet G Ade, ”Tuhan izinkan aku reguk cinta-Mu.”

Kusuma, 16 Mei 2013
00.07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar