Sabtu, 22 Maret 2014

Untuk Engkau: Kisah Tentang Perempuan Venus dan Lelaki Mars




Engkau yang jauh di Kota Tua.
Gambar tersebut aku ambil dari facebook tatkala mereka mengikuti kontes untuk mendapatkan tiket liburan gratis di Bali. 
Namanya Surahmat, ia seorang sahabat yang telah membuktikan bahwa Venus mampu bersatu dengan Mars. Seorang laki-laki yang menggunakan celana sobek-sobek lalu menikahi seorang perempuan bergamis lebar. Laki-laki yang suka “men-siuit” perempuan seksi yang lewat ternyata menikah dengan seorang ustazah.

Kesinkronan Mars dan Venus bisa terjadi berkat harmonisasi yang terjalin sebab perjalanan dan perjuangan yang panjang dan tidak mudah. 

Laki-Laki Mars dan Perempuan Venus, tahukah kau?
Ini tidak melulu soal Surahmat dan Rosi. Kisah Mars dan Venus rupanya masih menjadi mitos percintaan terhebat di bumi ini. 


“Wacana laki-laki mendikte perempuan: ketidakpuasan harus dijelaskan dengan logika laki-laki, tangisan perempuan tak cukup melukiskan kepedihan yang dalam,” gumam Nana Eres, sahabatku yang lain.

Lelaki Mars.
Perempuan memiliki bahasa sendiri, ia menggunakan air mata sebagai bahasa perasaan. Sedangkan laki-laki mewacanakan bahwa segala sesuatu harus logis dan konkret.
Begitulah, jarak antara laki-laki dan perempuan yang terlampau jauh, bahkan John Gray pernah menulis sebuah buku berjudul “Men are from Mars, Woman are from Venus”. Laki-laki dan perempuan dilahirkan berbeda dengan sudut pandang yang seringkali bertolak belakang. Perempuan yang mementingkan perasaan dan laki-laki yang mengutamakan logika. Perempuan yang selalu ingin dimengerti walau tak berucap dan laki-laki yang terlampau lugas. Ya, bahkan sebagai perempuan aku akui kadang aku tak tahu pasti apa yang sebenarnya aku mau. 

Dengan segala bahasa aku menyebutmu dalam mimpiku laki-laki Mars. Aku menyebutmu sebagai Lelaki Platonik, Lelaki Senja, dan kini aku memanggilmu dengan sebutan Lelaki Mars. Perempuan Venus yang selalu berharap bahasa hatinya kau dengar wahai Lelaki Mars. Benarkah benar-benar ada jarak yang sangat jauh antara kita sehingga kau tak pernah memahami ini. Aku tahu diam-diam kau membuka blogku dan membaca catatanku, kau hanya terdiam. Aku tahu kau sangat mengerti, sayangnya engkau hanya Lelaki Mars yang kemudian diam lantas berpura-pura bodoh. Engkau begitu terdikte pada wacana logis yang mendominasi atmosfer Marsmu. 

Lelaki Mars, tahukah engkau dalam diamku sebenarnya aku memikirkanmu. Ketidakpedulianku yang kau pikir membungkus diriku. Kau pikir; aku tak acuh, terlalu cuek, dan tak pernah memperhatikanmu. Lelaki Marsku, aku sungguh tak ingin menjadi monster yang kejam di matamu. Manakala setiap pukul 12.30 aku harus mengingatkanmu untuk salat zuhur dan makan siang. Atau, manakala sepertiga malam aku harus menelponmu untuk membangunkanmu salat malam? Begitukah yang kau pikirkan Lelaki Marsku? 

Ketidaksinkronan sebab ketidakfokusan pikiran dengan kombinasi perasaanlah yang acapkali mengganggu sebuah harmonisasi. Kau harus tahu dan percaya bahwa sebelum tidur aku selalu memikirkanmu dalam diamku. Aku selalu mencoba untuk menunggu, berharap Lelaki Mars mengetahui apa yang aku rasakan, tapi inilah yang terjadi: ketidaksinkronan. 

Sebagai lelaki Mars kau tak mungkin memahami bahwa perempuan membutuhkan kepastian.

1 komentar:

  1. Semoga disegerakan yya, Mbag. Aaamiin. :)
    Btw, ak punya juga buku itu. Nyicil sinau. :D

    BalasHapus