Jika
bicara tentang benar dan salah maka ilmu pengetahuan jawabannya,
Jika
bicara tentang baik dan buruk maka karakter jawabannya,
Jika
bicara tentang indah atau jelek maka seni jawabannya.
Source |
Bicara soal keindahan atau estetika maka
jawaban yang akan muncul tidak akan jauh-jauh dari seni. Banyak sekali orang
yang sangsi tentang manfaat belajar seni, apa lagi sastra juga ilmu bahasa. Belajar
sastra juga belajar tentang keindahan, karena seni dan sastra itu memiliki
ikatan yang cukup erat, begitu juga antara sastra dan bahasa.
Karena dalam seni dan sastra ada istilah
ekspresi dan apresiasi maka keduanya memiliki hubungannya saling berkait,
seringkali orang mengekspresikan sastra dengan berkolaborasi dengan seni,
seperti pementasan drama dan musikalisasi puisi. Begitu juga ketika orang
menyuguhkan pentas seni, mereka menari dan menyanyi, sebenarnya mereka pun
sedang berakting, itulah kenapa sebuah pementasan yang bernilai yang tinggi
acap kali menggabungkan antara seni tari, drama, dan musik. Sama halnya dengan
sastra dan bahasa memiliki ikatan seperti saudara otak dan alat gerak. Bahasa adalah
sarana dalam bersastra.
Selama empat tahun bergaul dengan bahasa dan
sastra membuat kepribadianku mulai berubah sedikit demi sedikit. Perubahan itu
aku rasakan sendiri apalagi ketika bertemu dengan orang yang dulu aku anggap
sangat aktif dan heboh, ternyata sekarang aku tidak kalah heboh dengannya. Aku jadi
mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan orang, mengungkapkan sesuatu yang
sulit diungkapkan, berbicara di depan umum, memberikan nasihat, bagaimana cara
menulis, bahkan bagaimana caranya melucu. Semua itu aku pelajari tentu saja
tidak dengan mudah dan perlu proses yang panjang. Aku sangat ingat apa yang
dosenku katakan ketika kali pertama aku kuliah, “Belajar bahasa adalah belajar
pola pikir maka tidak bisa dipelajari dalam waktu yang singkat, secerdas apa
pun orang itu.”
Aku pribadi sangat nyaman ketika belajar ilmu
kebahasaan dan sesastraan, meskipun banyak sekali yang menanyakan tentang
manfaat belajar bahasa dan sastra. Yah, mungkin kasusnya hampir sama dengan
belajar seni. Semua ilmu pengetahuan itu pastilah ada manfaatnya. Hal yang
paling terasa bagiku ketika belajar bahasa dan sastra (dan sedikit seni _walau
hanya sebagai penikmat seni_) adalah ilmu kejiwaan. Pada dasarnya karya sastra merupakan ekspresi dan cermin
kehidupan. Dengan membaca dan memahami karya sastra, kita mencoba mengungkap
dan memahami hidup dan kehidupan, melihat dan memahami dunia. Karya sastra
dapat memperkaya batin dan memperhalus rasa pembacanya. Mengutip dari Prof.
Agus Nuryatin, M, Hum. bahwa orang yang belajar ilmu sastra pasti lembut
hatinya.
Andai saja semua
orang adalah penikmat karya sastra dan karya seni dan pandai-pandai dalam
mengapresiasinya mungkin tak akan ada kejahatan di dunia. Cara untuk dapat
memahami apa yang orang lain rasakan salah satunya dengan menikmati karya seni
dan sastra. Bagaimana kita dapat memahami perasaan seorang pembunuh dan pelacur
jika kita tak pernah mencoba memandang dari sudut pandang yang berbeda? Yaaah itulah
yang dinamakan dengan memperkaya jiwa.
Banyak orang yang
bertanya, untuk apa kamu menganalisis novel, untuk apa kamu belajar sastra? Bukankah
tulisan adalah saksi sebuah peradaban? Kita bisa menikmati dan mengetahui
suasana tahun 1922-an tentu saja dengan membaca novel Siti Nurbaya. Itulah kekuatan dari sebuah karya sastra, dia akan
lebih abadi dari penulisnya. Menikmati karya sastra sama saja dengan menikmati
sejarah, bukankah sejarah adalah bagian dari sastra? Sungguh tak ada yang tahu
kebenaran dari “sejarah” yang bisa ditulis oleh siapa pun dia, tentu saja tak
ada sejarah yang benar-benar murni kecuali kitab suci. Bahkan dalam kitab suci
pun bahasa yang digunakan adalah kata yang puitis dan halus, mengapa? yaaah
itulah yang dinamakan dengan melembutkan jiwa. Itu juga alasan karya sastra ditulis
dengan bahasa yang indah.
Contoh yang
sangat real saat ini adalah yang
dilakukan oleh Kang Abik yang telah menulis dan membuat berbagai macam karya
sastra dan film yang bertema religi. Dia sukses menjadikan karya sastra dan
seni sebagai media dakwah yang cukup ampuh. Dia menceritakan kisah-kisah dengan
apik tapi sarat makna religi. Lalu apa dampaknya? Banyak orang yang tak tahu
kemudian jadi tahu, banyak orang yang tak tertarik kemudian menjadi tertarik.
So, masih
bertanya tentang apa manfaat belajar ilmu seni, bahasa, dan sastra?
Bedanya belajar sastra dan menikmati sastra, apa, Mei?
BalasHapusKalau menurutku sih, orang yang benar2 menikmati karya sastra secara tidak langsung ia telah belajar sastra karena apresiasi itu meliputi tiga aspek : kognitif, emotif, evaluatif tapi sayangnya tidak semua penikmat sastra dapat memiliki ketiga aspek itu. Orang yang belajar sastra, pasti menikmati sastra tapi orang yang menikmati karya sastra belum tentu mengerti teori-teori sastra, tidak seperti orang-orang yang belajar sastra. CMIIW ya.
BalasHapusKalau aku cuma penikmat sastra.
BalasHapus*sungkem sama mbak-mbak anak sastra* :)
*balik sungkem*
Hapus