Sabtu, 18 Agustus 2012

Bicara tentang Seni, Bahasa dan Sastra


Jika bicara tentang benar dan salah maka ilmu pengetahuan jawabannya,
Jika bicara tentang baik dan buruk maka karakter jawabannya,
Jika bicara tentang indah atau jelek maka seni jawabannya.

Source
Bicara soal keindahan atau estetika maka jawaban yang akan muncul tidak akan jauh-jauh dari seni. Banyak sekali orang yang sangsi tentang manfaat belajar seni, apa lagi sastra juga ilmu bahasa. Belajar sastra juga belajar tentang keindahan, karena seni dan sastra itu memiliki ikatan yang cukup erat, begitu juga antara sastra dan bahasa.
Karena dalam seni dan sastra ada istilah ekspresi dan apresiasi maka keduanya memiliki hubungannya saling berkait, seringkali orang mengekspresikan sastra dengan berkolaborasi dengan seni, seperti pementasan drama dan musikalisasi puisi. Begitu juga ketika orang menyuguhkan pentas seni, mereka menari dan menyanyi, sebenarnya mereka pun sedang berakting, itulah kenapa sebuah pementasan yang bernilai yang tinggi acap kali menggabungkan antara seni tari, drama, dan musik. Sama halnya dengan sastra dan bahasa memiliki ikatan seperti saudara otak dan alat gerak. Bahasa adalah sarana dalam bersastra. 
Selama empat tahun bergaul dengan bahasa dan sastra membuat kepribadianku mulai berubah sedikit demi sedikit. Perubahan itu aku rasakan sendiri apalagi ketika bertemu dengan orang yang dulu aku anggap sangat aktif dan heboh, ternyata sekarang aku tidak kalah heboh dengannya. Aku jadi mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan orang, mengungkapkan sesuatu yang sulit diungkapkan, berbicara di depan umum, memberikan nasihat, bagaimana cara menulis, bahkan bagaimana caranya melucu. Semua itu aku pelajari tentu saja tidak dengan mudah dan perlu proses yang panjang. Aku sangat ingat apa yang dosenku katakan ketika kali pertama aku kuliah, “Belajar bahasa adalah belajar pola pikir maka tidak bisa dipelajari dalam waktu yang singkat, secerdas apa pun orang itu.”
Aku pribadi sangat nyaman ketika belajar ilmu kebahasaan dan sesastraan, meskipun banyak sekali yang menanyakan tentang manfaat belajar bahasa dan sastra. Yah, mungkin kasusnya hampir sama dengan belajar seni. Semua ilmu pengetahuan itu pastilah ada manfaatnya. Hal yang paling terasa bagiku ketika belajar bahasa dan sastra (dan sedikit seni _walau hanya sebagai penikmat seni_) adalah ilmu kejiwaan. Pada dasarnya karya sastra merupakan ekspresi dan cermin kehidupan. Dengan membaca dan memahami karya sastra, kita mencoba mengungkap dan memahami hidup dan kehidupan, melihat dan memahami dunia. Karya sastra dapat memperkaya batin dan memperhalus rasa pembacanya. Mengutip dari Prof. Agus Nuryatin, M, Hum. bahwa orang yang belajar ilmu sastra pasti lembut hatinya.
Andai saja semua orang adalah penikmat karya sastra dan karya seni dan pandai-pandai dalam mengapresiasinya mungkin tak akan ada kejahatan di dunia. Cara untuk dapat memahami apa yang orang lain rasakan salah satunya dengan menikmati karya seni dan sastra. Bagaimana kita dapat memahami perasaan seorang pembunuh dan pelacur jika kita tak pernah mencoba memandang dari sudut pandang yang berbeda? Yaaah itulah yang dinamakan dengan memperkaya jiwa.
Banyak orang yang bertanya, untuk apa kamu menganalisis novel, untuk apa kamu belajar sastra? Bukankah tulisan adalah saksi sebuah peradaban? Kita bisa menikmati dan mengetahui suasana tahun 1922-an tentu saja dengan membaca novel Siti Nurbaya. Itulah kekuatan dari sebuah karya sastra, dia akan lebih abadi dari penulisnya. Menikmati karya sastra sama saja dengan menikmati sejarah, bukankah sejarah adalah bagian dari sastra? Sungguh tak ada yang tahu kebenaran dari “sejarah” yang bisa ditulis oleh siapa pun dia, tentu saja tak ada sejarah yang benar-benar murni kecuali kitab suci. Bahkan dalam kitab suci pun bahasa yang digunakan adalah kata yang puitis dan halus, mengapa? yaaah itulah yang dinamakan dengan melembutkan jiwa. Itu juga alasan karya sastra ditulis dengan bahasa yang indah.
Contoh yang sangat real saat ini adalah yang dilakukan oleh Kang Abik yang telah menulis dan membuat berbagai macam karya sastra dan film yang bertema religi. Dia sukses menjadikan karya sastra dan seni sebagai media dakwah yang cukup ampuh. Dia menceritakan kisah-kisah dengan apik tapi sarat makna religi. Lalu apa dampaknya? Banyak orang yang tak tahu kemudian jadi tahu, banyak orang yang tak tertarik kemudian menjadi tertarik.
So, masih bertanya tentang apa manfaat belajar ilmu seni, bahasa, dan sastra?

4 komentar:

  1. Bedanya belajar sastra dan menikmati sastra, apa, Mei?

    BalasHapus
  2. Kalau menurutku sih, orang yang benar2 menikmati karya sastra secara tidak langsung ia telah belajar sastra karena apresiasi itu meliputi tiga aspek : kognitif, emotif, evaluatif tapi sayangnya tidak semua penikmat sastra dapat memiliki ketiga aspek itu. Orang yang belajar sastra, pasti menikmati sastra tapi orang yang menikmati karya sastra belum tentu mengerti teori-teori sastra, tidak seperti orang-orang yang belajar sastra. CMIIW ya.

    BalasHapus
  3. Kalau aku cuma penikmat sastra.

    *sungkem sama mbak-mbak anak sastra* :)

    BalasHapus