Untuk :
Lelaki Platonik
Tak ada yang salah pada bulan Maret, saat langit
merintikkan hujannya dan membasahiku. Tak ada yang perlu dirisaukan dari kristal
yang mengembun di kelopak mata. Bukanlah sebuah kekeliruan bila pada hari ini,
saat aku mulai merasa kehilangan sesuatu yang (aku rasa) sempat aku miliki.
Bukan seperti kisah Azab dan Sengsara
tatkala Aminuddin yang merelakan Mariamin karena dikawin paksa, atau kisah
serupa pada kesusastraan 1920-an. Kerelaan yang disebab oleh keadaan dan
pemaksaan atau ada pihak ketiga yang membuat cinta tak lagi bersatu. Bukan,
kerelaanku sungguh bukan karena sebab-sebab yang bisa aku deskripsikan secara
gamblang dan buat semua orang mengerti. Mungkin cenderung metafisik.
Selepas senja ini, aku berjanji akan selalu
menyelipkan sebuah angan dalam setiap doaku. Tuhan memang tak pernah melarang
hamba-Nya untuk jatuh cinta, bahkan cinta begitu dimuliakan. Oleh sebab itu,
sebagai seorang hamba-Nya, sungguh aku ingin pula dimuliakan dengan selalu
menyebutmu dalam setiap kepingan mimpiku, bahwa “Aku ingin cinta yang halal…”
Di saat ujung-ujung jari ini tak mampu lagi menari
di atas papan ketik, suara yang parau dan kata yang tertahan di tenggorokan. Begitulah
Tuhan telah memberikanku kesempatan untuk mengenalmu bahkan merencanakan setiap
bait pertemuan kita.
Saat Tuhan memberikan perasaan cinta untukmu dan
Dia titipkan di hatiku. Entahlah, aku tak pernah tahu apakah Tuhan juga
memberikan perasaan yang sama padamu? Yang aku tahu saat ini, kita semakin jauh
dan mungkin itulah yang terbaik.
Lagi-lagi bukan melepasmu. . .tapi lebih pada
merelakanmu. Itulah sebuah keikhlasan, saat manusia mencoba mencintai segala
sesuatu karena Tuhan maka dia juga harus bersiap kehilangan karena-Nya. Aku
akan menunggu sampai Kau mengizinkanku untuk benar-benar jatuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar