Ada yang beda pada malam itu.
Hujan dan mantel yang tak mampu menghalau basahnya tubuh ini. Dua manusia yang
tak pernah berikrar untuk saling mencintai. Entahlah aku pun tak tahu apakah
kedua hati itu telah bertaut. Sungguh bukan gulita biasa, apalagi malam tanpa
makna. Mungkin bagi yang lain tak ada beda, tapi sungguh bagi dua manusia itu,
malam yang membuat mereka bersama akan menjadi memori tak terhapuskan.
Tak ada bintang, apalagi
pancaran bulan. Tapi malam itu sangat indah, malam yang mereka habiskan berdua.
Sebuah keindahan yang mereka ciptakan sendiri.
Karena cinta?
Mungkinkah cinta sebenarnya
adalah sejenis adsorben dari segala zat yang dianggap wajar dan biasa, bahkan
bisa menyerap racun di segala suasana?
Beri aku jawaban, meskipun aku
tahu kau juga tak bisa jelaskan.
Entahlah.
Kita minta jawaban pada Tuhan
saja.
Dear Platonik,
“Mencintaimu dalam diam”, bisa jadi menjadi
sesuatu hal yang sangat klise. Bahkan bisa dibilang norak. “Mengapa jika kau
mencintai, kau harus menyembunyikan perasaanmu?”
Platonikku, pada hari itu saat kutahu kau masih
setia berdiri di sampingku adalah sesuatu hal yang sangat istimewa untukku.
Saat kau mampu menahan segala egomu, amarahmu, bahkan kau masih saja tersenyum padaku
ketika aku melakukan segala hal bodoh.
Sayangnya aku bukan seorang lelaki yang dapat
memberikan sebuah kepastian. Andai saja aku jadi lelaki, tak akan aku
sia-siakan dirimu. Ini pembicaraan klasik, akulah perempuan dan aku hanya bisa
menanti sebuah kepastian. Mungkin sangat Timur, tapi aku bangga dengan
ketimuranku. Bukan gengsi, tapi aku menunggu sebuah kepantasan di antara kita.
Tuhan Yang Maha Asik, campur tangan-Nya lah yang
telah merencanakan pertemuan kita dengan segala keasikan. Tuhanlah yang mampu
menghiasi hati kita dengan segala perasaan asik di tengah situasi yang berbeda.
Tuhan-lah yang membuat Warung Tegal kala itu menjadi tempat makan yang
terindah. Bahkan aku percaya bahwa
Tuhan-lah yang membuat segelas teh susu menjadi minuman yang akan kami rindukan
ketika dinikmati berdua. Sesungguhnya kita adalah milik Tuhan dan hanya bisa
dipersatukan dan dipisahkan oleh-Nya. Biarlah kau tetap menjadi platonik.
Dan akan saat tiba saatnya,
ketika Tuhan menyerahkan kepercayaan-Nya pada kita untuk menjaga sebuah
perasaan yang sama, namun tumbuh di dua hati yang berbeda.
Kusuma, 1 Maret 2013
23.39
min, jodoh itu kan memang ada di tangan Tuhan dan kita akan dipertemukan dg orang yang tepat pada waktu yang tepat pula. tapi walaupun jodoh di tangan Tuhan, tetap harus diambil kan? artinya diusahakan? pengertian "usaha" dari sudut pandang pria dan wanita tentu berbeda. kalo menurutmu, usaha wanita sebatas apa untuk bertemu dengan "orang yang tepat" di "waktu yang tepat" ??
BalasHapus