Cerita Pertama
Seorang lelaki yang diam-diam pergi ke dokter THT,
dia mencurigai bahwa istrinya memiliki gangguan pendengaran. Takut membuat
istrinya tersingggung, ia mencoba berkonsultasi dengan sang dokter. “Coba kau
panggil istrimu dengan suara yang sedang-sedang saja dalam jarak 10 meter, lalu
semakin mendekatlah ketika ia tidak mendengar, setelah itu kau bisa kembali
lagi ke sini,” ucap dokter. “Baik Dok.”
Lelaki itu benar-benar menuruti saran dokter. Ia coba
memanggil istrinya dari jarak 10 meter tatkala sang istri sedang berada di
dapur dan menyiapkan sarapan pagi. Lelaki itu bertanya, “Masak apa Sayang?” tak
ada jawaban.
Dia mencoba berjalan 2 meter mendekat, kali ini
posisinya berjarak 8 meter dengan sang istri. “Masak apa Sayang?” masih tak ada
jawaban, sang istri pun belum juga menolehkan wajahnya. Lelaki itu masih
bersabar, ia maju lagi 3 meter, posisinya jadi 5 meter di belakang istrinya.
“Masak apa Sayang?” kembali ia mengulang pertanyaannya. Nihil, istrinya masih
asik memasak.
Tak putus asa, ia kembali mendekat 2 meter,
posisinya kini jadi 3 meter di balik sang istri. Ia kembali mengulang
pertanyaannya dengan volume yang sama
dengan kali pertama ia coba memanggil sang istri. “Masak apa Sayang?” tak juga
ada jawaban.
Lelaki itu kini semakin mendekat, ia benar-benar
berada di balik punggung istrinya, ia berkata di balik telinga istrinya, “Masak
apa Sayang?” sang istri tersenyum, ia menoleh dan menjawab dengan sabar,
“Sayang, aku sedang masak sop ayam dengan telur dadar yang lezat untukmu, aku
sudah menjawab pertanyaanmu sampai lima kali, tapi kau terus mengulang
pertanyaanmu.” Lelaki itu terdiam, sebenarnya siapa yang bermasalah dengan
pendengarannya?
Cerita Kedua
Malam itu, tatkala huja gerimis seorang perempuan
tua berdiri di samping mobilnya. Ia tampak sangat gelisah, berulang kali ia
melihat arlojinya. Tanpa disadarinya, seorang pria sudah mengamatinya dari
kejauhan sedari tadi. Pria bertubuh besar itu kemudian mendekati perempuan yang
lebih cocok dipanggil nenek baginya.
Menyadari kedatangan pria bertubuh besar, berambut
acak-acakan, dan berpakaian kumal, perempuan tua itu terlihat sangat ketakutan.
“Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya mobil Anda mogok?” perempuan itu terdiam,
ia tak berani memandang wajah sang pria. “Tak usah takut, saya tak bermaksud
buruk sama sekali, saya hanya ingin membantu saja,” lanjutnya. Perempuan tua
itu mencoba beranikan diri untuk menengok ke arah sang pria untuk sekadar
menganggukkan kepala.
Bergegas pria itu mengutak-atik mesin mobil
sampai-sampai keringat mulai menetes di dahinya. “Coba nyalakan mobilnya,” ucap pria itu.
Perempuan tua buru-buru masuk dan mencoba menstarter mobilnya. “Iya sudah
bisa,” jawabnya sambil tersenyum lebar.
“Seharusnya tadi Anda menunggu di dalam mobil
saja, di sini sangat berbahaya, selalin cuaca yang tidak mendukung mungkin
banyak orang yang berniat buruk,” ucap pria itu, tampak lelah sekali.
“Saya mohon maaf, tadi saya sempat curiga pada
Anda,” jawab perempuan tua. Dia kemudian sibuk membuka tas jinjingnya.
“Ini ada sedikit dari saya,” lanjutnya sambil
menyodorkan sejumlah uang.
Pria itu melangkah mundur, “Tidak, terima kasih,
untuk Anda saja,” katanya.
“Kenapa? Ini tanda terima kasih dari saya,” ucap
perempuan tua.
“Saya membantu karena saya ingin membantu, dan
membantu bukanlah sebuah pekerjaan bagi saya, saya benar-benar tidak
mengharapkan apa pun dari Anda, terima kasih,” jawabnya.
Perempuan tua terdiam. “Hanya saja ketika Anda
melihat orang yang sedang membutuhkan bantuan, mohon ingatlah kepada saya, dan
bantulah dia dengan segenap ketulusanmu,” lanjut pria itu. Kemudian ia
tersenyum dan beranjak pergi. “Tapi saya ingin tahu namamu,” teriak perempuan
tua. Dia menoleh dan menjawab, “Panggil
saja saya Benny.” Ia pun berlari kecil dan menghilang di antara gang-gang kecil
yang gelap.
Dalam perjalanannya perempuan tua itu masih saja
mengingat kejadian tadi, entah kenapa ia merasa ingin sekali minum, iseng-iseng
ia berhenti di sebuah kedai kopi kecil di tepi jalan. Ia turun dan berjalan
dengan agak gemetar. Seorang perempuan muda yang sedang hamil tua datang
menyambutnya dengan ramah. Ia terkejut melihat tubuh perempuan tua itu yang
basah terkena gerimis malam, segera ia mengambilkan handuk kecil dan menyerahkannya
pada perempuan itu.
Entahlah, malam itu terasa berbeda bagi sang
perempuan tua, ia bertemu dengan dua orang yang sangat istimewa. “Kau sedang
hamil berapa bulan Nak, perutmu sudah sangat besar?” Tanya sang perempuan tua.
“Sudah 9 bulan,” jawabnya sambil tersenyum.
“Silakan duduk,” lanjutnya sambil menyiapkan tempat duduk bagi perempuan tua
itu.
Ia duduk di kursi tua dan memesan segelas kopi.
Tak lama kemudian ketika sang perempuan hamil tua itu sedang membuatkan kopi,
perempuan tua itu pun pergi dan melaju dengan mobilnya. Ia hanya meninggalkan
sepucuk surat di meja dan sejumlah uang yang tak jadi ia serahkan pada Benny.
“Tadi saya
bertemu dengan seorang pria yang sangat baik, ia memperbaiki mobil saya dan ia
tak mau diberi imbalan. Baru saja Anda sangat baik terhadap saya. Dengan
merasakan kebaikan Anda, saya teringat pada Benny. Terimalah sedikit uang ini
dan semoga bisa membantu biaya untuk melahirkan, salam.”
Perempuan hamil itu menangis terharu, tiba-tiba di
belakangnya muncul seorang pria berambut acak-acakan. “Benny suamiku, hari ini
aku sangat bahagia,” ucap perempuan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar