Senin, 18 Maret 2013

Dari Radio


Cerita Pertama
Seorang lelaki yang diam-diam pergi ke dokter THT, dia mencurigai bahwa istrinya memiliki gangguan pendengaran. Takut membuat istrinya tersingggung, ia mencoba berkonsultasi dengan sang dokter. “Coba kau panggil istrimu dengan suara yang sedang-sedang saja dalam jarak 10 meter, lalu semakin mendekatlah ketika ia tidak mendengar, setelah itu kau bisa kembali lagi ke sini,” ucap dokter. “Baik Dok.”
Lelaki itu benar-benar menuruti saran dokter. Ia coba memanggil istrinya dari jarak 10 meter tatkala sang istri sedang berada di dapur dan menyiapkan sarapan pagi. Lelaki itu bertanya, “Masak apa Sayang?” tak ada jawaban.
Dia mencoba berjalan 2 meter mendekat, kali ini posisinya berjarak 8 meter dengan sang istri. “Masak apa Sayang?” masih tak ada jawaban, sang istri pun belum juga menolehkan wajahnya. Lelaki itu masih bersabar, ia maju lagi 3 meter, posisinya jadi 5 meter di belakang istrinya. “Masak apa Sayang?” kembali ia mengulang pertanyaannya. Nihil, istrinya masih asik memasak.
Tak putus asa, ia kembali mendekat 2 meter, posisinya kini jadi 3 meter di balik sang istri. Ia kembali mengulang pertanyaannya dengan volume yang sama dengan kali pertama ia coba memanggil sang istri. “Masak apa Sayang?” tak juga ada jawaban.
Lelaki itu kini semakin mendekat, ia benar-benar berada di balik punggung istrinya, ia berkata di balik telinga istrinya, “Masak apa Sayang?” sang istri tersenyum, ia menoleh dan menjawab dengan sabar, “Sayang, aku sedang masak sop ayam dengan telur dadar yang lezat untukmu, aku sudah menjawab pertanyaanmu sampai lima kali, tapi kau terus mengulang pertanyaanmu.” Lelaki itu terdiam, sebenarnya siapa yang bermasalah dengan pendengarannya?


Cerita Kedua
Malam itu, tatkala huja gerimis seorang perempuan tua berdiri di samping mobilnya. Ia tampak sangat gelisah, berulang kali ia melihat arlojinya. Tanpa disadarinya, seorang pria sudah mengamatinya dari kejauhan sedari tadi. Pria bertubuh besar itu kemudian mendekati perempuan yang lebih cocok dipanggil nenek baginya.
Menyadari kedatangan pria bertubuh besar, berambut acak-acakan, dan berpakaian kumal, perempuan tua itu terlihat sangat ketakutan. “Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya mobil Anda mogok?” perempuan itu terdiam, ia tak berani memandang wajah sang pria. “Tak usah takut, saya tak bermaksud buruk sama sekali, saya hanya ingin membantu saja,” lanjutnya. Perempuan tua itu mencoba beranikan diri untuk menengok ke arah sang pria untuk sekadar menganggukkan kepala.
Bergegas pria itu mengutak-atik mesin mobil sampai-sampai keringat mulai menetes di dahinya.  “Coba nyalakan mobilnya,” ucap pria itu. Perempuan tua buru-buru masuk dan mencoba menstarter mobilnya. “Iya sudah bisa,” jawabnya sambil tersenyum lebar.
“Seharusnya tadi Anda menunggu di dalam mobil saja, di sini sangat berbahaya, selalin cuaca yang tidak mendukung mungkin banyak orang yang berniat buruk,” ucap pria itu, tampak lelah sekali.
“Saya mohon maaf, tadi saya sempat curiga pada Anda,” jawab perempuan tua. Dia kemudian sibuk membuka tas jinjingnya.
“Ini ada sedikit dari saya,” lanjutnya sambil menyodorkan sejumlah uang.
Pria itu melangkah mundur, “Tidak, terima kasih, untuk Anda saja,” katanya.
“Kenapa? Ini tanda terima kasih dari saya,” ucap perempuan tua.
“Saya membantu karena saya ingin membantu, dan membantu bukanlah sebuah pekerjaan bagi saya, saya benar-benar tidak mengharapkan apa pun dari Anda, terima kasih,” jawabnya.
Perempuan tua terdiam. “Hanya saja ketika Anda melihat orang yang sedang membutuhkan bantuan, mohon ingatlah kepada saya, dan bantulah dia dengan segenap ketulusanmu,” lanjut pria itu. Kemudian ia tersenyum dan beranjak pergi. “Tapi saya ingin tahu namamu,” teriak perempuan tua. Dia  menoleh dan menjawab, “Panggil saja saya Benny.” Ia pun berlari kecil dan menghilang di antara gang-gang kecil yang gelap.
Dalam perjalanannya perempuan tua itu masih saja mengingat kejadian tadi, entah kenapa ia merasa ingin sekali minum, iseng-iseng ia berhenti di sebuah kedai kopi kecil di tepi jalan. Ia turun dan berjalan dengan agak gemetar. Seorang perempuan muda yang sedang hamil tua datang menyambutnya dengan ramah. Ia terkejut melihat tubuh perempuan tua itu yang basah terkena gerimis malam, segera ia mengambilkan handuk kecil dan menyerahkannya pada perempuan itu.
Entahlah, malam itu terasa berbeda bagi sang perempuan tua, ia bertemu dengan dua orang yang sangat istimewa. “Kau sedang hamil berapa bulan Nak, perutmu sudah sangat besar?” Tanya sang perempuan tua.
“Sudah 9 bulan,” jawabnya sambil tersenyum. “Silakan duduk,” lanjutnya sambil menyiapkan tempat duduk bagi perempuan tua itu.
Ia duduk di kursi tua dan memesan segelas kopi. Tak lama kemudian ketika sang perempuan hamil tua itu sedang membuatkan kopi, perempuan tua itu pun pergi dan melaju dengan mobilnya. Ia hanya meninggalkan sepucuk surat di meja dan sejumlah uang yang tak jadi ia serahkan pada Benny.
“Tadi saya bertemu dengan seorang pria yang sangat baik, ia memperbaiki mobil saya dan ia tak mau diberi imbalan. Baru saja Anda sangat baik terhadap saya. Dengan merasakan kebaikan Anda, saya teringat pada Benny. Terimalah sedikit uang ini dan semoga bisa membantu biaya untuk melahirkan, salam.”
Perempuan hamil itu menangis terharu, tiba-tiba di belakangnya muncul seorang pria berambut acak-acakan. “Benny suamiku, hari ini aku sangat bahagia,” ucap perempuan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar