Jumat, 07 September 2012

Hari Ini Aku Terlahir Kembali



Hari ini aku telah terlahir kembali. Bukan, bukan karena hari ini ulang tahunku, bukan pula karena aku baru saja siuman dari tidur panjang. Sungguh, sungguh ini dinamakan proses pembelajaran dalam kehidupanku. Bahwa trial and error itu memang ada, bahwa hakikat hidup adalah mencoba,dan kemudian belajar dari kesalahan. Well kita tak perlu menjadi orang yang terus mengalami kesempurnaan dalam hidup karena memang tak ada orang yang sempurna. Namun, menyempurnakan hidup itu bisa dilakukan walaupun hidup ini jauh dari sempurna, maka bersyukurlah.
Hari ini aku merasakan betul bahwa dua minggu aku benar-benar berubah dan tak menjadi sosok aku yang sebenarnya. Aku menjadi orang yang suka menyendiri di kamar, asik dengan duniaku, rasanya malas sekali berinteraksi. Aku pun mulai menyibukan diri sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan aneh, sedangkan malam harinya aku pun tak mudah terlelap. Yah, aku punya masalah, tapi sebenarnya tak pantas disebut sebagai sebuah masalah yang besar, hanya saja aku belum berhasil berdamai dengan diriku sendiri. Kata teman-temanku aku adalah orang yang sangat idealis, tak sedikit yang menganggap bahwa aku orang yang perfectionist, sangat struktural, terlalu sistematis, terlalu banyak pertimbangan, dan kurang berani menghadapi tantangan.
Satu minggu yang lalu, aku mencoba membawa stop map dalam ransel cokelatku. Aku berkeliling kota, dari satu bimbingan belajar ke bimbingan belajar yang lain, hanya untuk mencari pekerjaan. Sebenarnya aku sudah menyandang gelar Sarjana Pendidikan sejak lima bulan yang lalu, tapi aku belum pernah mencoba untuk mengambil tantangan mencari pekerjaan, dan saat inilah aku baru saja terjun ke dunia yang sebenarnya.
Satu hari, dua hari, sampai satu minggu tak ada satu pun panggilan. Mina, ini baru satu minggu belum ada apa-apanya, kamu belum pantas menyerah pada dirimu sendiri, tapi yang terjadi kamu sudah berubah. Aku malu, sungguh malu pada diriku, pada kesombongan-kesombonganku, pada benakku. Siapa sih yang bakal nolak aku, aku punya puluhan sertifikat, pengalaman organisasi, piagam penghargaan. Bahkan malu pada teman-temanku; siapa sih yang tidak mau menerima orang kreatif macam kamu. Tapi yang terjadi saat ini justru jauh, bahkan sangat jauh dari dugaanku, yang paling diperlukan dalam dunia pekerjaan hanyalah jaringan dan relasi, bahkan sebodoh apa pun dia asal punya jaringan maka berjayalah. Lalu siapakah aku di kota perantauan ini?

Kau hanya perlu berdamai dengan diri sendiri
Siang ini aku bertemu dengan Diana, partnerku dalam berdiskusi tentang kehidupan. Banyak sekali pelajaran yang dapat aku petik. Akhirnya aku pun menyadari bahwa kesalahan terbesarku selama ini adalah menganggap diriku sendiri sebagai “musuh”; aku harus mengalahkan diriku sendiri padahal sejatinya aku seharusnya tak menganggap aku sebagai musuh, aku hanya perlu berdamai dan menyelaraskan diriku. Sepantasnya aku tak perlu terlalu pusing memikirkan resiko dari sesuatu yang belum pernah kujalani, padahal aku belum pernah menjalaninya. Karena hidup adalah mencoba dan belajar, tak dibutuhkan terlalu banyak pertimbangan dan analisis sebelum menjalani sesuatu, hal yang paling penting adalah “meluruskan niat”.
Malu. Itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini. Sebuah gelar yang tadinya aku menganggap bahwa itu adalah sebuah “nilai jual” dari pekerjaanku saat ini mulai lenyap dari pikiranku. Sebuah gelar yang tadinya tak pernah aku hayati, kini menjadi sebuah senapan yang sudah menembakkan pelurunya pada titik nadiku. Rupanya hidup tak sepantasnya hanya memikirkan keuntungan, rupanya hidup tak semata mengutamakan finansial.
Prof. Tri Joko telah membuka mataku saat ini. Kata beliau lakukanlah segala pekerjaan dengan hati, hal yang paling utama dalam melakukan pekerjaan adalah niat untuk ibadah dengan cara mengamalkan ilmu. Bekerjalah dengan hati, jika tidak maka kau bisa mati.

Perahu kertas itu mulai aku layarkan
Wahai radar Neptunus, berdamailah denganku dan tunjukan jalan terbaik bagiku. Wahai jiwa-jiwa yang tersesat dalam dunia penuh realistis, kembalilah pada dunia khayalmu dan rebut kembali impianmu karena realistis dan menyerah itu beda tipis. Wahai radar Neptusnus, kabulkanlah pintaku, layarkanlah perahu kertas ini pada duniaku, dunia imajinasi yang penuh dengan mimpi.
Perahu kertas itu hanya akan berlayar jika ia berdamai dengan alam; air, angin, batu kali. Perahu kertas itu hanya akan berlayar pada arus yang akan membawanya. Lakukan saja dan nikmati hidupmu.

1 komentar: