Hari ini aku telah terlahir kembali. Bukan, bukan
karena hari ini ulang tahunku, bukan pula karena aku baru saja siuman dari
tidur panjang. Sungguh, sungguh ini dinamakan proses pembelajaran dalam
kehidupanku. Bahwa trial and error itu
memang ada, bahwa hakikat hidup adalah mencoba,dan kemudian belajar dari
kesalahan. Well kita tak perlu menjadi
orang yang terus mengalami kesempurnaan dalam hidup karena memang tak ada orang
yang sempurna. Namun, menyempurnakan hidup itu bisa dilakukan walaupun hidup
ini jauh dari sempurna, maka bersyukurlah.
Hari ini aku merasakan betul bahwa dua minggu aku
benar-benar berubah dan tak menjadi sosok aku yang sebenarnya. Aku menjadi
orang yang suka menyendiri di kamar, asik dengan duniaku, rasanya malas sekali
berinteraksi. Aku pun mulai menyibukan diri sendiri dengan melakukan
kegiatan-kegiatan aneh, sedangkan malam harinya aku pun tak mudah terlelap. Yah,
aku punya masalah, tapi sebenarnya tak pantas disebut sebagai sebuah masalah
yang besar, hanya saja aku belum berhasil berdamai dengan diriku sendiri. Kata teman-temanku
aku adalah orang yang sangat idealis, tak sedikit yang menganggap bahwa aku
orang yang perfectionist, sangat struktural,
terlalu sistematis, terlalu banyak pertimbangan, dan kurang berani menghadapi
tantangan.
Satu minggu yang lalu, aku mencoba membawa stop
map dalam ransel cokelatku. Aku berkeliling kota, dari satu bimbingan belajar
ke bimbingan belajar yang lain, hanya untuk mencari pekerjaan. Sebenarnya aku sudah
menyandang gelar Sarjana Pendidikan sejak lima bulan yang lalu, tapi aku belum
pernah mencoba untuk mengambil tantangan mencari pekerjaan, dan saat inilah aku
baru saja terjun ke dunia yang sebenarnya.
Satu hari, dua hari, sampai satu minggu tak ada
satu pun panggilan. Mina, ini baru satu
minggu belum ada apa-apanya, kamu belum pantas menyerah pada dirimu sendiri,
tapi yang terjadi kamu sudah berubah. Aku malu, sungguh malu pada diriku,
pada kesombongan-kesombonganku, pada benakku. Siapa sih yang bakal nolak aku, aku punya puluhan sertifikat,
pengalaman organisasi, piagam penghargaan. Bahkan malu pada teman-temanku; siapa sih yang tidak mau menerima orang
kreatif macam kamu. Tapi yang terjadi saat ini justru jauh, bahkan sangat
jauh dari dugaanku, yang paling diperlukan dalam dunia pekerjaan hanyalah
jaringan dan relasi, bahkan sebodoh apa pun dia asal punya jaringan maka
berjayalah. Lalu siapakah aku di kota perantauan ini?
Kau hanya perlu berdamai dengan diri sendiri
Siang ini aku bertemu dengan Diana, partnerku dalam berdiskusi tentang kehidupan.
Banyak sekali pelajaran yang dapat aku petik. Akhirnya aku pun menyadari bahwa
kesalahan terbesarku selama ini adalah menganggap diriku sendiri sebagai “musuh”;
aku harus mengalahkan diriku sendiri
padahal sejatinya aku seharusnya tak menganggap aku sebagai musuh, aku hanya
perlu berdamai dan menyelaraskan diriku. Sepantasnya aku tak perlu terlalu
pusing memikirkan resiko dari sesuatu yang belum pernah kujalani, padahal aku
belum pernah menjalaninya. Karena hidup adalah mencoba dan belajar, tak
dibutuhkan terlalu banyak pertimbangan dan analisis sebelum menjalani sesuatu,
hal yang paling penting adalah “meluruskan niat”.
Malu. Itulah kata yang paling tepat untuk
menggambarkan perasaanku saat ini. Sebuah gelar yang tadinya aku menganggap
bahwa itu adalah sebuah “nilai jual” dari pekerjaanku saat ini mulai lenyap
dari pikiranku. Sebuah gelar yang tadinya tak pernah aku hayati, kini menjadi
sebuah senapan yang sudah menembakkan pelurunya pada titik nadiku. Rupanya hidup
tak sepantasnya hanya memikirkan keuntungan, rupanya hidup tak semata
mengutamakan finansial.
Prof. Tri Joko telah membuka mataku saat ini. Kata
beliau lakukanlah segala pekerjaan dengan hati, hal yang paling utama dalam melakukan
pekerjaan adalah niat untuk ibadah dengan cara mengamalkan ilmu. Bekerjalah dengan
hati, jika tidak maka kau bisa mati.
Perahu kertas itu mulai aku layarkan
Wahai radar Neptunus, berdamailah denganku dan
tunjukan jalan terbaik bagiku. Wahai jiwa-jiwa yang tersesat dalam dunia penuh
realistis, kembalilah pada dunia khayalmu dan rebut kembali impianmu karena
realistis dan menyerah itu beda tipis. Wahai radar Neptusnus, kabulkanlah
pintaku, layarkanlah perahu kertas ini pada duniaku, dunia imajinasi yang penuh
dengan mimpi.
Perahu kertas itu hanya akan berlayar jika ia
berdamai dengan alam; air, angin, batu kali. Perahu kertas itu hanya akan
berlayar pada arus yang akan membawanya. Lakukan saja dan nikmati hidupmu.
Hehehehe...
BalasHapus