Rabu, 12 September 2012

Refleksi Kuliah (1)



Terinspirasi dari kutipan dialog pada film Perahu Kertas; “Pada kertas putih kosong ini sebenarnya tidak kosong, kau hanya perlu menyibaknya, sebenarnya terdapat jutaan kata di balik tampilannya.”

Alhamdulillahirabbi’alamin. Aku telah menjalani hampir dua minggu masa kuliahku, tugas kuliah pun semakin banyak dan berat. Yang aku rasakan saat ini, kuliah S-2 memang sangat berbeda dengan kuliah S-1. Baiklah kali ini aku akan melakukan refleksi kuliahku selama ini.

Teori Sastra
Mata kuliah ini sangat asyik karena yang mengajar adalah Dr. Teguh, orang asli Ajibarang tempat tinggalku, cukup membanggakan juga Ajibarang bisa menghasilkan orang hebat macam beliau haha. Perlu diakui bahwa beliaulah salah satu alasan aku melanjutkan studi di Unnes, kata beliau orang Ajibarang harus hebat. Karena mata kuliah ini pula aku semakin mantap dengan pilihanku saat ini dan mulai menghapus bayang-bayang Ilmu Susastra UGM, kenapa? Karena semakin banyak kita tahu ternyata semakin kita tahu bahwa kita tidak banyak tahu, halah. Kali ini aku sangat-sangat-sangat mengakui bahwa referensi sastraku, dan pengetahuanku tentang sastra sangat cetek. Minggu kemarin aku sedang berusaha memahami Theory of Literature punya Rene Wellek dan Austin Waren dan Pengantar Teori Sastra punya A Teeuw dan ternyata kedua buku itu sangat sulit dipahami bagiku.
Karena mata kuliah ini pula aku jadi tersadar bahwa pengetahuan tentang sastra yang berkembang di masyarakat pun ternyata banyak yang harus dikritisi. Contohnya, pengetahuan tentang puisi yang selama ini dimaknai sebagai sebuah karya yang memiliki nilai sastra tinggi dan ditulis dengan bahasa kias yang memiliki nilai estetika tinggi. Jika pengertian puisi seperti itu maka bagaimana cara mengukur nilai sastra yang tinggi dan nilai estetika yang tinggi? Rupanya Semiotika telah mematahkan teori estetika, karena sesungguhnya keindahan itu adalah hal yang relatif. Puisi adalah aktivitas bahasa yang mengatakan suatu hal tetapi ternyata membicarakan maksud yang lain, atau dapat dikatakan sebagai ekspresi tidak langsung. Pokoknya kuliah ini asyik banget, tiap dua kali pertemuan harus menghabiskan satu buku setebal 400 halaman (syangar opo orak?) yah, namanya juga perjuangan mencari ilmu.

Morfologi
Mata kuliah ini sebenarnya sudah pernah aku pelajari dulu. Morfologi adalah hubungan sistematis antarkata dari ciri bentuk, ciri makna, dan atau valensi sintaktis. Intinya morfologi itu ilmu tentang kata dan sekelumitnya. Dari sini aku jadi tahu kalau memelajari ilmu bahasa itu tidak mudah. Dalam pembentukan kata aja ribetnya bukan main. Ada pula istilah sinkronis, diakronis, abstraksi, konkret, leksem, alomorf dan lain-lain, aaah pokoknya gitu deh.
Hal yang unik aku dapat dari mata kuliah ini yaitu waktu pertemuan pertama, Prof Eko Wardono menjelaskan kalau ada yang dinamakan jarwo doso. Jarwo doso itu seperti asal-muasal kata yang berasal dari karangan masyarakat karena alasan mathuk. Contohnya, kata “kereta” yang dalam bahasa Jawa disebut dengan “sepur” yang sebenarnya terbentuk dari proses diakronis. Sepur berasal dari bahasa Belanda yaitu spoor, tapi orang-orang beranggapan bahwa sepur itu terbentuk dari “asepe metu kang dhuwur”. Ada juga filosofi benda-benda yang biasa digunakan ketika prosesi pernikahan seperti janur kuning, gedhang, dan suruh. Janur kuning dianggap dapat memberikan cahaya dalam rumah tangga, janur diambil dari kata dalam bahasa Arab nur yang artinya cahaya. Gedhang yang dalam bahasa Indonesia adalah pisang, rupanya juga dijarwodosokan oleh orang Jawa, gedhang rupanya diartikan menjadi gen gawe padhang yang artinya agar memberi penerangan dalam menjalani segala masalah dalam rumah tangga, artinya hampir sama dengan janur kuning. Yang terakhir adalah suruh atau daun sirih yang diartikan mlumah lan kurepe bedho wujude ning nek dicokot podho rosone (terlentang atau tengkurap berbeda wujudnya tapi kalau digigit tetap sama rasanya) yang dimaknai dalam menjalani rumah tangga, pasangan suami istri harus saling menyatu walaupun berbeda pendapat.

Landasan Kependidikan
Ini mata kuliah paling gila karena dosennya yaitu Prof. Tri Joko sangat gokil dan asyik banget, pokoknya selama kuliah 2 SKS, kamu bisa tertawa sebanyak 1,5 SKS. Sebenarnya aku bingung mau nulis apa tentang kuliah ini karena saking asyiknya. Dosen kami memang agak beda, beliau benar-benar memanusiakan manusia, beliau tidak hanya mengajar tapi juga memberikan pelajaran kehidupan bagi kami. Yah, meskipun aku paling sering dibully dibilang wajahku adalah wajah orang patah hati (“Rono nginum Baygon wae!”, kata beliau), dibilang wajahku mirip kripik tempe, dibilang jangan ke Malioboro nanti dikejar anjing karena badan tulang-belulang, dan tidak boleh ikut kuliah sebelum menjadi gendut, tapi you know me so well deh, makin dibully maka aku makin liar, hahaha.
Karena Prof. Tri Joko aku memahami bahwa bekerja itu harus dinikmati, luruskanlah niat untuk mengamalkan ilmu dan jangan semata-mata hanya memikirkan keuntungan, jika kau hanya memikirkan kepentinganmu sendiri maka kau bisa mati. Rupanya banyak yang salah dalam pendidikan saat ini karena sesungguhnya pendidikan itu untuk menghasilkan orang yang jujur, arif dan humanis. Kenyataannya bangsa ini adalah bangsa yang suka berteriak, suka membantah, dan tinggi emosinya seperti rumput kering yang mudah terbakar. Pendidikan yang paling baik adalah dengan memberikan teladan dan itu berasal dari lingkungan keluarga, terutama orang tua.

Bersambung. . .

1 komentar:


  1. Sebenarnya manusia harus lebih sering berefleksi. Refleksi diri, refleksi kehidupan, pokoknya refleksikan segalaya. Karena menurutku, refleksi adalah bentuk lain dari Dzikir. Refleksi adalah bagian dari manusia. Karena dengan merefleksikan sesuatu, seorang manusia menggunakan akal, naluri, insting dan hatinya. itulah elemen yang membedakan manusia dengan makhluk lain. itu mengapa manusia dikatakan makhluk ciptaanNYA yang sempurna.

    Dengan reflksi, manusia tahu akan kekurangannya. manusia tau akan kelemahannya. Manusia tau harus berbuat apa. Karena semakin kau mengenal dirimu, semakin kau mengenal hakikat kehidupan, semakin kau menngenal Tuhanmu.

    Terima kasih atas tulisannya yang menginspirasi ini.

    (Visit and Bookmark akar-akal.blogspot.com)

    BalasHapus