Jumat, 21 September 2012

Mantra Baru : Man Shobaro Zhafiro

-->
Source


Masih ingat postingan aku edisi galau yang ini? Ketika dua minggu itu aku meratapi nasibku sebagai seorang pengangguran intelektual akhirnya saat ini aku mendapatkan jawaban dari segala gundah gulanaku, halah. Setelah aku memutuskan untuk meluruskan niatku bahwa mencari pekerjaan tidak semata-mata karena alasan material, bahwa ada yang jauh lebih berharga daripada urusan duniawi, yaitu kebermanfaatan bagi orang lain. Tak bisa dipungkiri bahwa manusia ingin selalu menjerit ketika segala usaha yang telah dilakukannya ternyata belum jua berbuah. Baiklah, rupanya benar apa yang dikatakan Bang Fuadi, antara usaha dan terkabulnya keinginan itu ada jarak, dan untuk mengisi jarak itu yang dibutuhkan adalah kesabaran. Tuhan akan selalu menjawab pertanyaan manusia, tapi kadang manusia yang terlalu bodoh untuk memahami maksud Tuhan, butuh waktu dan perenungan yang mendalam untuk menafsirkannya.
Tidak sampai 24 jam ketika aku memutuskan untuk mengubah mind setku untuk bekerja demi mengamalkan ilmu, tiba-tiba ponselku berdering, dari layar handphoneku tertulis dengan jelas bahwa yang memanggil adalah kantor jurusan. Setelah aku angkat dan aku berbicara dengan orang di seberang sana rasanya seperti ada sesuatu yang jatuh di kepalaku, besok pagi pukul 07.00 aku diminta untuk mengajar di depan tiga kelas dengan total 150 mahasiswa pada Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia. Entah kenapa tiba-tiba aku langsung saja menerima amanah itu, bagiku itu adalah sebuah tantangan. Ya, meskipun hanya mengajar 6 SKS, dan posisiku hanya sebagai dosen pengganti karena Bu Uum harus pergi ke Rusia.

Pengalaman Itu yang Terpenting
Bagaimana rasanya mengajar mahasiswa? Grogikah? Tidak! Beneran, rasanya biasa saja. Kok bisa? Karena yang ada dipikiranku adalah do the best, jadi aku sudah tak memikirkan apa-apa lagi selain memberikan segala yang terbaik dan apa yang aku punya untuk mereka. Satu hal yang menjadi fokusku adalah bagaimana agar aku bisa menjadi pengajar luar biasa yang mampu menginspirasi.

Source

Pada pertemuan pertama, aku berkenalan dengan mereka. Aku panggil nama mereka satu per satu, bertanya dari mana asalnya, dan lain-lain. Yang lucu itu waktu aku sudah masuk kelas dan mereka mengira aku sesama mahasiswa, kemudian setelah mereka tahu bahwa akulah yang akan mengajar, mereka baru masuk kelas dengan muka bengong, hehe. Selanjutnya, aku membahas sejarah, fungsi, dan kedudukan bahasa Indonesia. Aku pikir jika kuliah hanya membahas seuatu yang memang ada di buku itu sama saja bohong. Aku pun melakukan curah pendapat dengan mereka tentang fenomena penggunaan bahasa Indonesia saat ini, mulai dari munculnya RSBI, penggunaan bahasa alay, sampai pada media yang mempengaruhi cara berbahasa. Follow up nya mereka aku minta membuat tulisan tentang fenomena penggunaan bahasa Indonesia.
Pada pertemuan kedua, sebelum kuliah dimulai aku melakukan ice breaking dengan membacakan puisi WS. Rendra yang berjudul Renungan Indah. Tak disangka ternyata mereka memberikan respon yang baik. Selanjutnya, aku membahas tentang ragam penggunaan bahasa Indonesia, manfaat EYD, dan pedoman penggunaan huruf kapital, setelah itu mereka menyunting tulisan yang telah mereka buat berdasarkan penggunaan huruf kapital.
Ada beberapa hal yang dapat aku pahami tentang teknik mengajar setelah dua kali mengajar mahasiswa, antara lain :
1.         Kesan pertama begitu menggoda, lima menit pertama adalah penentu keberhasilan pembelajaran, bagaimana caranya agar pembelajaran menarik? Tentu saja pembukaannya harus menarik. Caranya? Bisa dengan melakukan ice breaking.
2.         Bersikap humanis tapi tetap tegas.
3.         Jangan memberikan tugas terlalu banyak, karena selain yang mengerjakan juga malas, ternyata yang mengoreksi juga ribet, hehe.
4.         Berikanlah instruksi sejelas-jelasnya ketika memberikan tugas.
5.         Berikanlah format yang jelas ketika memberikan tugas yang dikirim via surat elektronik, mulai dari judul surel sampai nama dokumen.
6.         Jangan keburu emosi dengan mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas, atau mahasiswa yang nitip presensi, dengarkan dulu alasan mereka.

Sebenarnya ada juga yang lucu sih, karena rata-rata yang aku ajar adalah mahasiswa yang berusia 18-20 an, jadi agak risih juga ketika mereka menjabat tanganku, eh malah cium tangan, apalagi kalau cowok gubrag! Ada juga yang suka meledek ketika aku keluar kelas, iseng-iseng nawarin antar pulang, malah ada yang minta nonton bioskop bareng, pingsan aja deh! Sebenarnya masalah yang sedang aku hadapi saat ini adalah, bagaimana caranya tampil tidak seperti mahasiswa, padahal model-model baju yang aku punya masih mahasiswa banget, hmmm.
Baiklah, tapi aku menikmati hidupku saat ini, pada fase kehidupan baru yang sedang aku jalani. Semangat berbagi! Lantangkan mantra : Man shobaro zhafiro, barangsiapa bersabar, niscaya akan beruntung.


Haruskah berpakaian seperti ini? (source)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar