Kamis, 20 September 2012

Refleksi Kuliah (2)



Catatan ini adalah lanjutan dari catatan sebelumnya.

Teori Pembelajaran Bahasa
Menurutku mata kuliah ini hampir sama dengan Psikolinguistik. Teori Pembelajaran Bahasa membahas tentang perkembangan bahasa sampai dengan cara belajar bahasa. Dosen mata kuliah ini adalah Dr. Subyantoro, M.Hum. alias Pak Kajur, dosen pembimbing skripsiku. Rasanya senang sekali kembali diajar beliau. Karena beliaulah aku mulai merancang hidupku, merencanakan hal dengan sedini mungkin. Yang aku amati selama ini, Pak Bi benar-benar menerapkan hadits “Barang siapa ingin urusannya dimudahkan, hendaknya ia memudahkan urusan orang lain.” Beliau paling suka dengan orang yang bersemangat, oleh karena itu beliau hapal dengan aku, hehehe.
Pada pertemuan kedua, kami diberi penjelasan tentang sebuah sekolah alam di Salatiga yang bernama Qoriyah Toyibah. Sekolah alam itu baru saja didirikan beberapa tahun yang lalu, dan baru ada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Siswa-siswa di sekolah tersebut dibebaskan untuk belajar apa saja yang mereka inginkan. Anehnya walaupun Qoriyah Toyibah setara dengan kejar paket B, tapi siswa-siswanya malah “menantang” untuk ikut Ujian Nasional seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa di sekolah lain, dan hasilnya? Nilai mereka lumayan, dan tidak jauh berbeda disbanding siswa-siswa yang sehari-hari didrill dan dicekoki latihan soal. Sekolah alam Qoriyah Toyibah makin menginspirasiku untuk membuat sekolah yang tidak hanya menciptakan orang yang “pintar” tapi juga cerdas, dan berkarakter. Karena “pintar” hanyalah sebuah produk yang dicetak dan dipoles oleh sekolah, tapi orang cerdas dan berkarakterlah yang nantinya berhak menjadi pemimpin.

Kurikulum dan Tes Bahasa
Mata kuliah ini diampu oleh dua dosen yaitu Prof. Dandan dan Dr. Zaim. Sampai saat ini aku juga belum begitu mudeng dengan kuliah ini karena kuliah ini terlalu filosofis dan yang kami lakukan hanya mengkritik kebijakan pemerintah, ya mungkin wawasan aku yang terlalu cethek kali ya. Namun, ketika pertemuan ketiga, pembelajaran mulai terarah karena Dr. Zaim memberikan tugas kepada kami dengan cara berandai-andai, “Jika kamu menjadi kepala sekolah maka mata pelajaran apa yang akan diberikan kepada siswa?”
Cukup seru ternyata, karena selama hampir satu jam aku ngutek-ngutek rancangan kurikulum dan ternyata susah sekali untuk merumuskannya. Syarat mainnya adalah : kamu kepala sekolah di SMA Pekalongan, kamu harus membuat kurikulum kelas X, menyusun mata pelajaran apa saja yang diberikan, mata pelajaran yang diberikan harus 40% berupa mata pelajaran sikap, 30% mata pelajaran yang memuat pengetahuan, dan 30% mata pelajaran yang memuat keterampilan, lalu jam pelajaran maksimum yang diberikan adalah 36 jam, selanjutnya kepala sekolah tersebut harus mampu mempertanggungjawabkan dengan argument terhadap kurikulum yang telah disusunnya. Nah lo?

Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik tentang seluk beluk frasa, kalimat, dan klausa. Mata kuliah ini diampu oleh Prof. Rustono. Menurutku metode yang beliau tempuh sangat efektif, terutama untuk mahasiswa yang malas membaca seperti aku. Beliau mewajibkan mahasiswa untuk memiliki minimal sepuluh referensi, padahal satu referensi tebalnya bisa ratusan halaman. Setiap kali pertemuan, Prof Rus memberikan tugas, ketika di kelas mahasiswa harus membacakan hasil pekerjaannya keras-keras dan berulang-ulang, setelah itu mahasiswa harus menutup pekerjaannya dan menyampaikannya secara lisan. Memang sih kadang tegang, tapi Prof. Rus dengan cepat mampu mencairkan suasana. Maklumlah, beliau orang linguistik sejati, gelar profesornya beliau dapat karena ahli di bidang pragmatik, bahkan sentilan yang kecil saja mampu beliau ubah menjadi candaan yang mampu melelehkan ketegangan.

Penelitian Kependidikan
Mata kuliah ini memang hanya dua SKS, tapi sensasinya? Errrrrrrrrr!! Kenapa? Karena mata kuliah ini selalu mengingatkanku pada tesis. Ketika teman-teman sepantaranku sedang menyusun skripsi, atau bahkan ada yang belum menyusun sama sekali, sedangkan aku sudah harus memiliki rancangan tesis. Tidak apa-apa, tidak usah diambil pusing, jalani saja, hahaha (opo tho, menghibur diri sendiri). Penelitian Kependidikan diampu oleh Dr. Mimi Mulyani, M.Hum. beliau juga banyak menginspirasiku. Ternyata beliau tidak berdomisili di Semarang, melainkan di Magelang. Setiap hari beliau pulang-pergi Semarang-Magelang, dan hal ini sudah beliau jalani selama 20 tahun, mengeluhkah beliau? Tidak. Kata Bu Mimi, segala sesuatu yang ada di depan kita harus kita jalani dengan ikhlas.


Itulah refleksi kuliahku yang sudah aku jalani selama tiga minggu, walaupun semakin banyak tugas tapi akan aku jalani dengan enjoy! Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar