Catatan ini
adalah lanjutan dari catatan sebelumnya.
Teori
Pembelajaran Bahasa
Menurutku mata kuliah ini hampir sama dengan
Psikolinguistik. Teori Pembelajaran Bahasa membahas tentang perkembangan bahasa
sampai dengan cara belajar bahasa. Dosen mata kuliah ini adalah Dr. Subyantoro,
M.Hum. alias Pak Kajur, dosen pembimbing skripsiku. Rasanya senang sekali
kembali diajar beliau. Karena beliaulah aku mulai merancang hidupku,
merencanakan hal dengan sedini mungkin. Yang aku amati selama ini, Pak Bi
benar-benar menerapkan hadits “Barang
siapa ingin urusannya dimudahkan, hendaknya ia memudahkan urusan orang lain.” Beliau
paling suka dengan orang yang bersemangat, oleh karena itu beliau hapal dengan
aku, hehehe.
Pada pertemuan kedua, kami diberi penjelasan
tentang sebuah sekolah alam di Salatiga yang bernama Qoriyah Toyibah. Sekolah
alam itu baru saja didirikan beberapa tahun yang lalu, dan baru ada jenjang
Sekolah Menengah Pertama. Siswa-siswa di sekolah tersebut dibebaskan untuk
belajar apa saja yang mereka inginkan. Anehnya walaupun Qoriyah Toyibah setara
dengan kejar paket B, tapi siswa-siswanya malah “menantang” untuk ikut Ujian
Nasional seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa di sekolah lain, dan hasilnya?
Nilai mereka lumayan, dan tidak jauh berbeda disbanding siswa-siswa yang
sehari-hari didrill dan dicekoki
latihan soal. Sekolah alam Qoriyah Toyibah makin menginspirasiku untuk membuat
sekolah yang tidak hanya menciptakan orang yang “pintar” tapi juga cerdas, dan
berkarakter. Karena “pintar” hanyalah sebuah produk yang dicetak dan dipoles oleh
sekolah, tapi orang cerdas dan berkarakterlah yang nantinya berhak menjadi
pemimpin.
Kurikulum dan Tes Bahasa
Mata kuliah ini diampu oleh dua dosen yaitu Prof.
Dandan dan Dr. Zaim. Sampai saat ini aku juga belum begitu mudeng dengan kuliah
ini karena kuliah ini terlalu filosofis dan yang kami lakukan hanya mengkritik
kebijakan pemerintah, ya mungkin wawasan aku yang terlalu cethek kali ya. Namun, ketika pertemuan ketiga, pembelajaran mulai
terarah karena Dr. Zaim memberikan tugas kepada kami dengan cara
berandai-andai, “Jika kamu menjadi kepala
sekolah maka mata pelajaran apa yang akan diberikan kepada siswa?”
Cukup seru ternyata, karena selama hampir satu jam
aku ngutek-ngutek rancangan kurikulum
dan ternyata susah sekali untuk merumuskannya. Syarat mainnya adalah : kamu kepala sekolah di SMA Pekalongan, kamu
harus membuat kurikulum kelas X, menyusun mata pelajaran apa saja yang
diberikan, mata pelajaran yang diberikan harus 40% berupa mata pelajaran sikap,
30% mata pelajaran yang memuat pengetahuan, dan 30% mata pelajaran yang memuat
keterampilan, lalu jam pelajaran maksimum yang diberikan adalah 36 jam, selanjutnya
kepala sekolah tersebut harus mampu mempertanggungjawabkan dengan argument terhadap
kurikulum yang telah disusunnya. Nah lo?
Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik tentang
seluk beluk frasa, kalimat, dan klausa. Mata kuliah ini diampu oleh Prof.
Rustono. Menurutku metode yang beliau tempuh sangat efektif, terutama untuk
mahasiswa yang malas membaca seperti aku. Beliau mewajibkan mahasiswa untuk
memiliki minimal sepuluh referensi, padahal satu referensi tebalnya bisa
ratusan halaman. Setiap kali pertemuan, Prof Rus memberikan tugas, ketika di kelas
mahasiswa harus membacakan hasil pekerjaannya keras-keras dan berulang-ulang, setelah
itu mahasiswa harus menutup pekerjaannya dan menyampaikannya secara lisan. Memang
sih kadang tegang, tapi Prof. Rus dengan cepat mampu mencairkan suasana. Maklumlah,
beliau orang linguistik sejati, gelar profesornya beliau dapat karena ahli di
bidang pragmatik, bahkan sentilan yang kecil saja mampu beliau ubah menjadi
candaan yang mampu melelehkan ketegangan.
Penelitian Kependidikan
Mata kuliah ini memang hanya dua SKS, tapi
sensasinya? Errrrrrrrrr!! Kenapa? Karena
mata kuliah ini selalu mengingatkanku pada tesis. Ketika teman-teman
sepantaranku sedang menyusun skripsi, atau bahkan ada yang belum menyusun sama
sekali, sedangkan aku sudah harus memiliki rancangan tesis. Tidak apa-apa,
tidak usah diambil pusing, jalani saja, hahaha (opo tho, menghibur diri sendiri). Penelitian Kependidikan diampu
oleh Dr. Mimi Mulyani, M.Hum. beliau juga banyak menginspirasiku. Ternyata beliau
tidak berdomisili di Semarang, melainkan di Magelang. Setiap hari beliau
pulang-pergi Semarang-Magelang, dan hal ini sudah beliau jalani selama 20
tahun, mengeluhkah beliau? Tidak. Kata Bu Mimi, segala sesuatu yang ada di
depan kita harus kita jalani dengan ikhlas.
Itulah refleksi kuliahku yang sudah aku jalani selama tiga minggu,
walaupun semakin banyak tugas tapi akan aku jalani dengan enjoy! Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar