Sebagai seorang yang sudah
menyelesaikan pendidikan tinggi sekaligus perempuan yang menjadi kandidat
magister, sudah sepantasnya ia betul-betul memahami disiplin ilmu yang ia
pelajari. Sungguh sangat memalukan bila orang yang menyandang sebuah gelar
tetapi tak memiliki esensi dari gelar tersebut. Belajar tidak mungkin dimulai
dari sikap tinggi hati. Belajar dimulai dari rasa ingin tahu dan diimbangi
dengan semangat ingin maju.
Sungguh sangat memalukan bila
seorang yang bergelar tinggi tetapi sangat rendah di mata orang lain, memiliki
perilaku yang buruk dan tidak dapat dijadikan teladan. Seorang yang berpendidikan
tinggi seharusnya mampu berdikari, bekerja keras, berhati ikhlas, dan berpikir
cerdas. Ia mampu menggunakan tangannya untuk berkarya dan kakinya untuk
melangkah meraih tujuan.
Gelar bukanlah akhir dari proses belajar. Orang yang puas dengan gelar yang diraihnya dapat dipastikan bahwa ia orang yang bodoh dan sombong. Ia telah lupa bahwa kebanggaan yang terlalu besar pada diri sendiri niscaya menjadi cikal kehancuran. Ia tak mengerti bahwa ilmu yang ia pelajari sesungguhnya harus ia pertanggungjawabkan. Seperti pepatah Jawa yang menyatakan bahwa “ilmu iku kelakone kanthi laku” artinya ilmu itu dapat dikatakan berhasil apabila ia telah mengamalkannya. Sebaik-baiknya ilmu adalah yang tidak disimpan untuk diri sendiri, melainkan diajarkan pada orang lain serta memiliki kebermanfaatan.
Jangan pernah lekas berbangga
hati karena kita bukanlah siapa-siapa, sesungguhnya hanya Allah-lah sumber dari
segala ilmu pengetahuan.
Tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al-Baqarah, 2:32)
(QS. Al-Baqarah, 2:32)
(catatan ini sungguh tamparan
bagi diri sendiri)
nah kuweh.. ora usah nggolet gelar maring S2 berarti, mbok mubadzir :P
BalasHapus