Minggu, 06 Mei 2012

Mapres; Mahasiswa Depresi ???


Mapres? Siapa yang tak kenal?
Apaan tuh? Mapres = Mahasiswa Depresi??? Tentu saja bukaaaan.
Mapres = Mahasiswa Berprestasi? Wuiiih top banget pastinya. Sepakatkah? Kita renungkan baik-baik ya.

Setiap tahunnya DIKTI (di bawah Kemendikbud) mengadakan ajang atau kompetsisi bergengsi bagi mahasiswa, kompetisi itu adalah “Pemilihan Mahasiswa Berprestasi” (Mapres). Dalam pemilihan Mapres (tapi kami lebih sering memlesetkan jadi “mahasiswa depresi” atau “mahasiswa prangas-prenges”) ada empat aspek penilaian, aspek-aspek tersebut adalah karya ilmiah 30%, kegiatan ekstrakurikuler (pemberkasan) 25%, bahasa Inggris 25%, dan IPK 20%. Proses pemilihan mahasiswa berprestasi melalui beberapa tahap, dimulai dari tingkat jurusan (biasanya diambil dua perwakilan), berlanjut ke tingkat fakultas (biasanya dua perwakilan), lanjut lagi di tingkat universitas (satu perwakilan). Juara 1 Mapres universitas lalu mengirimkan berkas dan karya ilmiahnya ke Jakarta dan dipilihlah 15 besar Mapres yang nantinya dinobatkan sebagai Mapresnas. Keren banget kan?
Jadi Mapres tentu tak mudah. Yaelah dari judulnya aja udah keren banget kali, tapi sebenarnya untuk apa sih Mapres itu? Well jujur aja, awal masuk kuliah, salah satu targetku ya jadi Mapres itu. Gimana gak semangat, waktu itu sebelum kenal dengan siapa-siapa di “random university”, hal pertama yang dikenalkan kakak-kakak panitia waktu OSPEK ya pemenang Mapres, pamflet-pamflet yang bersebaran di seluruh penjuru kampus pun isinya ucapan selamat bagi Mapres, jalan-jalan ke depan dekanat pun ada baliho gede banget yang bertuliskan ucapan selamat tuk Mapres. Waktu itu tiap detik ospek, kami selalu dicekoki dengan Mapres, seolah-olah predikat Mapres seolah predikat yang puuaaaling keren seantero jagad kampus. Heuheuheu.
Masih ingat banget waktu itu tahun 2008, Mapres universitas adalah Mas Nindya Candra kemudian 2009 Mas Eko Heriyanto (sekarang jadi ayah alay bagiku), tahun 2010 Mbak Ryan Marina. Gimana kami nggak ngiler, kami mahasiswa cupu yang nggak punya modal apa-apa tiba-tiba bermimpi jadi Mapres. Akhirnya padatahun 2011 aku “dipaksa” untuk daftar Mapres, ya Cuma modal nekad walau aku tahu tak mungkin jadi juara 1 karena tiap tahun Mapres Unnes itu dari Jurusan Bahasa Inggris. Ya Alhamdulillah bisa masuk 3 besar fakultas. Rasanya???? Banggakah???

Ternyataaaaaa. . . .biasa aja. 
Pemilihan Mapres Fakultas Bahasa dan Seni 2011
Beneran!!! Mungkin bagi adik kelas (seperti yang aku rasakan dulu), mbak-mbak dan mas-mas yang juara Mapres itu pinter banget, tapi sebenernya sih enggak, Mapres itu cuma sekadar “nama” aja kok padahal arti “berprestasi” itu jauh lebih berharga dan bermakna dari sekadar kompetisi, ya walaupun pada tahun 2011 itu yang juara 1 Muzakki (sahabatku dari awal masuk Unnes) sekarang lagi di studi banding di Jepang, juara 2 Mas Kunto bulan Juli besok terbang ke Ohio Amerika buat ngelanjutin S-2, diakui atau tidak, “slempang” Mapres memang memberikan peluang besar untuk mengembangkan karier, tapi, hanya sebatas itukah?
Menurut aku, berprestasi itu nggak harus ikutan tuh ajang yang namanya “Mapres” salah satu hal yang membuat aku nggak bangga yo karena aku ngrasa kalau di luar sana masih banyak temen-temenku yang lebih hebat tapi nggak minat sama yang namanya ajang “Mapres”. Berprestasi juga bukan sekadar menang kompetisi, punya banyak piala, IPnya bagus tapi esensi berprestasi menurutku lebih fokus pada kebermanfaatan seseorang bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Percuma pinter kalau nggak bisa nularin ke orang lain. Percuma punya segudang prestasi kalau nggak ada generasi penerusnya. Percuma punya piala banyak kalau nggak bisa menginspirasi. Percuma IP bagus kalau nggak punya temen. Nah lo, kok? Yaiyalah belajar melulu jadinya lupa bersosialisasi, hehehehe.
Jadi mahasiswa jangan cuma ngampus, ngampung, ngekos, ngantin, apalagi cuma pacaran, rugiii banget deh! Banyak banget hal yang dapat kamu pelajari selama jadi mahasiswa. Aku juga sempet nyesel kenapa dulu cuma jadi aktivis tingkat fakultas, kenapa dulu nggak “nyobain” organisasi luar kampus yang bermanfaat, biar punya banyak kenalan dan nyambungin tali silaturahmi kemana-mana. Eh tapi kebanyakan aktivitas, ntar IP jeblok gimana? TIDAK sama sekali, justru karena kamu punya waktu yang terbatas “the power of kepepet” punyamu bakal muncul dengan kekuatan penuh. Kalau kerjaanmu cuma tiduran di kost malah kamu tetap berada di zona aman, bahaya!! Kamu nggak bakal tumbuh dan berkembang bila tetap di zona itu.
Wah malah ngomong ngalor-ngidul, intinya jangan pernah sia-siain masa kuliahmu, jadilah mahasiswa berprestasi, berprestasi itu tentu saja tidak hanya dengan mengikuti ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi. Jika banyak jalan menuju Roma maka banyak jalan menuju mahasiswa berprestasi. Jadilah agent of change, tanggap dengan kondisi lingkungan, jangan egois, jangan demo-demoan (kalau demo masak boleh :p ). Niatkan diri untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, masih muda, masih banyak kesempatan. Jadilah mahasiswa yang cerdas, berkarakter, jangan sombong, dan nggak EGOIS. Bermanfaatlah, kutunggu kontribusimu! dan jangan jadi mahasiwa depresi :D
Bersama Diana Purwaningrum, Mapres Fakultas Bahasa dan seni 2012

4 komentar:

  1. Jadi mahasiswa jangan cuma ngampus, ngampung, ngekos, ngantin, apalagi cuma pacaran, rugiii banget deh! <<< kata-kata ini setuju banget, :D

    BalasHapus
  2. Jadi mahasiswa jangan cuma ngampus, ngampung, ngekos, ngantin, apalagi cuma pacaran, rugiii banget deh! <<< kata-kata ini setuju banget. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya makasih, mumpung masih mahasiswa, ayo maksimalkan diri dg hal2 yg positif n bermanfaat :)

      Hapus
    2. sedang mencoba memaksimalkan semuanya,, :D

      Hapus