Sebulan berdiam di rumah ternyata
cukup membuatku “melek” pada lingkungan sekitar, bahkan ketika aku diajak
bapakku untuk mengunjungi sebuah desa yang bernama Kasegeran. Desa itu terletak
di Kecamatan Cilongok, Kasegeran merupakan tanah tumpah darah keluarga bapak.
Desa yang cukup jauh dari keramaian kota, yah jangankan kota, dibilang “desa”
saja tempat itu masuk kategori pelosok. Bermula dari keisengan aku untuk ikut
bapak nengokin kebon si embah yang ternyata terletak di tengah hutan, alamaaak!
Untuk menjangkau tempat itu, kami harus berjalan kaki naik turun bukit (lebay)
hehe.
oh betapa pelosoknya hehe |
Yah barangkali quote itu benar. Waktu itu aku dan
bapakku benar-benar tidak mengetahui dimana sebenarnya letak kebun si embah. Akhirnya
kami bertemu dengan seorang perempuan, yah usianya sekitar 60 tahun dan dia mau
mengantarkan kami ke tempat tujuan. Ada beberapa point yang aku dapatkan :
1. Aku
dan bapakku tidak tahu dimana letak kebun si embah, tetapi perempuan itu sangat
tahu padahal kebun si embah berada jauh di tengah hutan. Point yang didapat adalah : dia sangat mengenali lingkungan
sekitarnya. Apa kabar dengan orang kota?
2. Perempuan
itu sangat ramah terhadap orang yang tidak dikenalnya, bahkan rela menolong dan
mengantar kami.
3. Perempuan
itu dan suaminya sangat jujur, mereka menunjukan lahan ini milik Bapak A, lahan
ini milik Bapak B dan lain-lain padahal di lahan itu terdapat kayu yang jika
dijual dapat bernilai jutaan rupiah, tapi mereka tak menyentuhnya sama sekali,
takut dosa kali ya. Yaah yang punya lahan juga nggak pernah nengokin, mereka
nggak bakal tahu kalau kayunya ada yang ilang.
Bila Global Village Sudah
Melanda, Kenapa kita Tak Meneladani Hal-hal yang Baik?
Global village adalah ketika semua orang bertingkah seperti “orang
desa”, ketika desasisasi benar-benar melanda dunia, kenapa kita tidak
meneladani hal-hal yang baik? Dewasa ini fenomena Trending Topic benar-benar menjadi demam bagi hampir semua orang di
dunia. Sedikit isu dapat menjadi pemantik jitu untuk menjadi bahan pembicaraan
orang sedunia. Bukankah itu sebenarnya sifat “orang desa” yang biasa mereka
lakukan? Ngomongin hal yang kecil biar
jadi gede.
Andai saja global village yang terjadi adalah kepedulian, peka terhadap
lingkungan sekitar, dan pengenalan yang mendalam terhadap lingkungan terdekat
maka dunia ini akan terasa sangat damai, hehe.
Jadi ingat kalau di kos-kosan,
tetangga aja gak kenal, bahkan yang parah satu kosan aja gak pernah nyapa,
hadeh!
Jangan malu dibilang “orang desa”, nggak selamanya jadi orang desa itu buruk, banyak hal yang lebih baik yang mereka punyai dari orang yang mengaku “orang kota”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar