Source |
Papua adalah mutiara yang tenggelam. Yah, tentu
saja tak hanya Papua, bahkan baru saja aku menonton tayangan di TVRI yang
menayangkan perjuangan guru-guru di Sulteng yang harus mengajar di sebuah sekolah
reyot. Berapa gaji mereka per bulan? 350 ribu dan itu pun dibayar per triwulan.
Sungguh nggak ada kata lain selain buset!
Sekarang kita sudah tahu bagaimana
kejamnya negeri ini.
Ada cerita singkat tentang perjuangan pegawai
pertanian di Papua. Yah, rupanya kantor pertanian mereka ternyata digusur oleh
pemerintah setempat karena lokasinya akan diubah menjadi pasar. Mereka pun
bingung karena mereka juga bertempat tinggal di kantor itu. Akhirnya mereka
terpaksa pindah ke rumah penduduk. Rumah itu pun tidak layak huni, bahkan lebih
mirip tenda.
Kata salah seorang dari mereka, “Saya sangat senang ketika pergi ke Lampung, kenapa? Karena di sini
saya bisa makan nasi. Sungguh harga beras di sana sangat tinggi. Sehari-hari
kami hanya bisa makan sagu. Jika kami ingin makan nasi, akses ke tempat
penjualnya sungguh sangat sulit, jika jalan kaki mungkin bisa memakan waktu
berhari-hari. Alhasil kami bisa makan nasi sebulan sekali.”
Yah, hampir sama juga kasusnya dengan guru-guru di
daerah terpencil itu. Dengan gaji yang sedikit mana mungkin mereka bisa
mengembangkan diri untuk memerbaiki kualitas pendidikan. Jika keadaan terus
begitu, mana mungkin generasi muda mau menjadi guru. Kenyataannya sampai saat
ini guru belum bisa dikatakan sebagai high
class profession, logikanya orang yang pintar tentu saja ingin mendapatkan
pekerjaan yang prestisius dengan penghasilan yang cukup.
Boleh dibilang banyak sekali hal-hal yang kurang
diperhatikan oleh penguasa negeri ini. Jangan sampai mutiara tenggelam itu
akhirnya lenyap terhisap lumpur yang pekat. Papua yang menyimpan berbagai
potensi, anak-anak daerah yang haus pendidikan, serta status guru sebagai high class profession yang mungkin hanya
tinggal angan-angan.
O mutiara itu, yang dulu kau bilang zamrud, o
mutiara itu yang dulu kau bilang pelita dalam gulita. Kita tinggal di negeri yang
sama, mengapa sangat berbeda? Kita tinggal di negeri yang sama, mengapa ada
metropolitan dan ada alas belantara? Kita tinggal di negeri yang sama, akankah mutiara
itu akan tetap tenggelam dan akhirnya menghilang?
Salah seorang penyuluh pertanian di Papua |
Keindahan alam Papua yang tersembunyi (source) |
Salah satu sekolah yang tidak layak (source) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar