Sepenggal kisah, hadiah untuk
calon keponakanku.
Ya, itulah namanya. Tapi dia lebih beken dipanggil dengan sebutan “Oyi”.
Mungkin diambli dari “Qori” (Iqra) yang katanya artinya membaca. Kata Oyi
sampai saat ini dia pun belum tahu secara pasti, apa arti namanya. Yosnia diambil
dari nama orang tuanya, Qori artinya membaca, dan Zamza adalah mata air,
nyambung? Ya disambung-sambungin saja, hehe.
Kali pertama aku mengenalnya (eh, bukan mengenal, tapi cuma tahu)
yakni ketika lomba murid teladan SD tingkat kecamatan. SD Oyi adalah SD paling
favorit di kecamatanku, sebagai rival aku
tentu penasaran, siapa gerangan perwakilannya? Ternyata guruku mengenal Oyi. Datanglah
gadis kecil itu mendekatiku dan guruku, dia membawa gorengan di tangannya,
bibirnya pecah-pecah dan komentar dari guruku adalah, “Oyi bedakan sih ngapa” (Oyi, lebih baik kamu memakai bedak). Pertemuan
pertama yang sama sekali tidak mengesankan.
__________
Aku dan Oyi berada di SMP dan SMA yang sama. Tapi kami mulai dekat
ketika kami berada dalam satu kelas di SMA tingkat dua. Ketika SMP aku dan dia
sama-sama menjadi pengurus OSIS, kami juga sering menjadi delegasi perlombaan
bersama. Tapi, kami sangat berbeda. Aku adalah anak culun yang sama sekali
tidak diidolakan oleh kaum lelaki. Aku lebih mengutamakan untuk bergelut dengan
urusan akademik, OSIS, dan lomba-lomba. Sedangkan Oyi terkenal sebagai anak
gaul di SMP, bahkan jika ia memakai ikat pinggang baru, aku kadang berpura-pura
lewat depan kelasnya untuk melihat ikat pinggang glamornya itu. Sama halnya
ketika Oyi memiliki handphone baru, anak-anak
kelasku pun langsung ribut, akhirnya aku diam-diam mencuri pandang dan
terkagum-kagum ketika dia mengeluarkan HP-nya dari dalam tas. Apalagi ketika
ada kabar bahwa Oyi jadian dengan teman sekelasnya, waaah siapa sih yang nggak
pengin tau gosipnya? Ha ha ha. Lalu ketika kami study tour, aku dan Oyi tak sengaja bertemu di museum IPTEK, tentu
saja dandananku nggak banget, aku cuma
pakai kaus panjang, bertopi merah dan kadang-kadang dipanggil guru untuk memberikan
penjelasan percobaan IPTEK sebagai arsip sekolah. Sedangkan kulirik Oyi
menggunakan baju yang sangat trendy,
berkalung handphone Samsung yang
sangat keren. Kadang ada lelaki dari sekolah lain yang minta berfoto dengannya,
buset bahkan aku dilirik pun enggak,
apa lagi diminta foto bareng hahaha.
Ketika kami berada di SMA yang sama, perbedaan pun semakin ketara. Dia
adalah pasukan pengibar bendera di Kabupaten, sangat terkenal di kalangan kelas
X. Kami pun semakin jauh dan jauh. Hingga akhirnya kami naik ke tingkat dua. Ternyata
oh ternyata aku harus sekelas dengan makhluk populer itu, “Oh noooo, aku nggak mungkin cocok sama dia,” begitu kata batinku.
Rupanya dugaanku salah besar. Kepribadianku di SMP dan SMA memang
sangat berbeda, seperti yang sudah aku ceritakan, dulu aku adalah makhluk culun
yang super serius. Tapi, mungkin seperti seekor kuda yang biasa diikat kemudian
dilepas, aku pun dapat menikmati hawa kebebasan di SMA. Aku mulai mengubah
dandananku, sikapku, cara berpikirku, memang prestasiku jauuuh jauuuh jauuuh
menurun. Tapi, mungkin di situlah aku dapat menemukan “teman” yang benar-benar “teman”
yang mau berteman denganku bukan karena aku adalah juara umum, anak guru, atau
aktivis OSIS. Ternyata aku menemukan jati diriku yang sebenarnya, aku menemukan
teman yang sangat cocok denganku, salah satunya? Siapa lagi kalau bukan Oyi
yang selama ini aku anggap tidak akan cocok. Yaa, meskipun sifat dasar kami
memang bertolak belakang.
Hal yang paling membuatku terkejut adalah ketika Oyi memutuskan untuk
berjilbab, sedangkan di antara geng kami belum ada yang mengenakannya. Ketika aku
berkata bahwa, “Aku belum dapat hidayah.”
Tapi secara tak menggurui dia berkata, “Kalau
Cuma nunggu hidayah ya dia nggak bakal datang.”
Sama halnya ketika pagi itu, aku dan Oyi bersepeda keliling kampung,
dia mengatakan bahwa akhir tahun 2011 dia akan menikah, Whaaaaat? Ya sih, ketika aku pikir-pikir apa lagi yang dia tunggu? Selama
aku berteman dengan dia, baru kali ini aku melihat dia begitu semangatnya
bercerita tentang seorang lelaki, ya Mas Bakti, suaminya itu. Pikirannya memang
10 kali atau 100 kali di depan kami. Dia selalu berada di depan kami. Seperti saat
ini, dia sangat-sangat berakselerasi. Di saat teman-temannya masih menggalaukan
pendidikan, jodoh, dan lain-lain, dia telah meraih semuanya.
Oyi biasanya menjadi orang pertama yang aku ajak diskusi atau curhat. Mengapa?
Karena omongannya pedeees booook. Aku
lebih suka curhat dengan orang yang bisa membuatku mengalahkan kesedihanku. “Tampaar akooh mbaaak, tampaaar akooh.”
Trus maksudnya apa aku bikin tulisan ini? Yaaa nggak ada maksud sih,
aku cuma nulis sesuai dengan moodku,
jadi yang lain jangan iri ya? Hahaha.
Aku cuma bisa memberikan doa yang tulus buat Oyi, semoga baby lahir dengan sehat, selamat dan
yang paling penting Oyi bisa menjadi perempuan yang diimpikan dan dikagumi. Amiin.
With love,
"omongannya pedess" wkwkwkwk
BalasHapusha ha ha panceeeen!
HapusBahahhaaaha.. Ngikiik..
BalasHapusBooo eyke lupa sabuk ky apa gerangan, prasaan aku pk sabuk smp yg karatan itu loh
Oh iya, aku juga pake sabuk kuning yang karatan itu. Kae loh udu pas lagi sekolah tapi pas lagi nganggo klambi bebas, tetiba Ita hebring jere sabuke OYI APIK BANGET -_-
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus