Berhubung aku lagi senang sekali menulis tentang
orang-orang di sekitarku, baiklah kali ini aku akan menulis tentang kisah
seorang sahabat yang menikah karena mendengar lantunan suara adzan, subhanallah. mungkin bagi orang-orang
dekatku mereka sudah bosan mendengarkan cerita ini dariku, tapi tak apalah,
baik juga bila aku share, siapa tahu kisah
ini dapat menginspirasiku dan semua yang membaca catatan ini.
Namanya Arifatul Faizah tapi dia biasa dipanggil
Ipah, dia adalah kakak tingkatku ketika aku kuliah S-1, selain itu kami juga
berada dalam satu organisasi kelompok belajar karya ilmiah. Di organisasi
itulah aku bertemu banyak sekali orang yang membuat hidupku lebih bermakna,
salah satunya adalah Mbak Ipah. Yang aku tahu dia adalah seorang mahasiswa yang
sangat cerdas, IPKnya selalu cumlaude, dia
adalah kepala sekolah salah satu TPQ di Semarang. Rupanya dia tidak tinggal di
kos-kosan biasa, dia tinggal di pondok pesantren, selain itu, subhanallah dia cantik sekali. Lalu soal
prestasi gimana? Eits jangan salah,
selain pernah lolos Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), PKMM nya (Program
Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat) juga didanai Dikti, dia
pernah mengembangkan makanan kecil “kurma” yang terbuat dari buah tomat,
alhasil karena idenya itu dia dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di
sebuah desa (maklum aku lupa nama desanya, hihi), lalu yang paling spektakuler,
dia mewakili Jawa Tengah untuk berlaga dalam kompetisi LKTA (Lomba Karya Tulis
Al Quran) di Sumatera (lupa juga tepatnya dimana, eh nggak akurat banget si ini
catatan).
Hal yang membuatku makin kagum dengan Mbak Ipah
adalah konsistensinya untuk selalu berada di jalan Allah. Mulanya pertemuan
dengan seorang pria ketika dia mengikuti LKTA tingkat nasional itu ia anggap
biasa saja, ternyata di sanalah dia bertemu dengan jodohnya yang selama ini ia
nantikan. Sungguh aku tak pernah sekali pun mendengar Mbak Ipeh sedang dekat
dengan seorang pria, tapi ketika undangan pernikahan itu berada di tanganku,
aku sangat terharu, apalagi setelah mendengar kisah percintaannya itu yang
membuat hati berdebar halus.
SMS dan telepon yang masuk ke telepon genggamnya,
mula-mula ia abaikan. Mba Ipah rupanya memilih konsentrasi pada studinya hingga
akhirnya ia dapat lulus S-1 selama 3,5 tahun. Setelah ia lulus dan mengajar di
sebuah sekolah, rupanya sang pria yang dulu sempat dikenalnya terus menghubunginya.
Awalnya enggan menanggapi, tapi pria itu sungguh tak lelah hati. Mereka pun
melakukan pendekatan secara islami. Usut punya usut rupanya si pria adalah
lulusan salah satu perguruan tinggi berbasis islam di Jakarta, waktu itu dia
sedang melanjutkan studi S-2 nya (tentu saja studinya masih berhubungan dengan
Al-Quran) dan yang paling spektakuler adalah dia seorang hafidz (orang yang hapal Al-Quran).
Mbak Ipah meminta sang pria, jika ia serius maka
datanglah ke rumahnya lalu mintalah dengan cara baik-baik kepada ayah-ibunya. Rupanya
pria itu menepati janjinya, ia benar-benar datang ke Salatiga. Sikap bijak ayah
Mbak Ipah membuat beliau menyerahkan sepenuhnya “wewenang untuk memilih” pada putri
cantiknya itu. Tapi dasar Mbak Ipah, dia malah menyerahkan kembali wewenangnya
pada ibundanya. Ibunda meminta pada si pria agar pergi ke musala pesantren
untuk mengumandangkan adzan Ashar (Mbak Ipah dan keluarga memiliki pondok
pesantren).
Tak ada kata lain selain subhanallah, suara adzan itu memancing kekaguman warga sekitar,
tiada pernah mereka mendengar lantunan adzan semerdu itu dan mereka pun
bertanya-tanya, siapa sebenarnya sang
muadzin itu?
Sungguh tidak ada lagi alasan untuk menolak
pinangan pria itu bagi Mbak Ipah. Pada pertemuan kedua, pria itu pun datang
kembali ke Salatiga tapi kali ini dia beserta keluarganya, Mbak Ipah pun resmi
dikhitbah.
Gambar ini tentu saja aku curi dari facebooknya, maaf ya Mbak Ipah :p |
Satu hari sebelum pernikahan Mbak Ipah, kami ke
sana. Perasaan haru dan bahagia sungguh berkecamuk di hatiku, aku ingin sekali
melihat wajah pria itu, lelaki yang dapat menaklukan hati Mbak Ipah. Rupanya ia
sedang berada di pondok pesantren milik keluarga Mbak Ipah, dia kembali
menghapal Al-Quran, karena hapalannya itulah yang menjadi salah satu mahar
pernikahannya, dan lagi-lagi aku harus berkata subhanallah.
Waktu kondangan |
Kata Mbak Ipah, dia seringkali berdoa pada Allah, “Jika aku tak bisa menghapal Al Quran,
cukuplah aku mengerti maknanya dan menjalankannya tapi aku memohon pada Allah agar
aku diberikan pendamping seorang hafidz.” Dan doanya itu benar-benar
diijabah oleh Allah.
Sungguh janji Allah itu tak pernah bohong, wanita
yang baik tentu saja untuk lelaki yang baik. Semoga selalu menjadi keluarga
yang sakinah, mawadah dan warrahmah bersama Mas Qowim, Amin.
Lagi-lagi aku mencurinya di facebook |
“ Wanita-wanita yang tidak
baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah
untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan
lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” (Qs. An Nur:26)
cantiknyaaaaa..... *elus2 perut*
BalasHapusHihihihi :))
BalasHapus