Tertegun dengan salah satu program televisi di TPI, sebenarnya acara tersebut adalah acara dari negeri nipon, namun biasa Indonesia hanya numpang nayangin aja, eh mbok menowo ratingnya lebih tinggi dari pada acara yang dibuat anak bangsa. Di acara tersebut menayangkan tentang sebuah perlombaan untuk membuat patung seorang tokoh terkenal, sebut saja si A dan si B, mereka berdua membuat patung yang sebenarnya waktu pengerjaannya selama 24 jam, tetapi dalam perlombaan tersebut mereka harus membuat patung hanya dalam waktu 10 jam. Waktu pun bergulir, baik si A maupun si B membuat patung dengan sangat sungguh-sungguh dan teliti di setiap detailnya. Hasilnya kedua patung yang dibuat sangat mirip dengan tokoh aslinya. Waktu pengumuman pun tiba, akhirnya si B lah yang dinobatkan menjadi sang juara dengan nilai 35, sedangkan si A hanya memperoleh nilai 18. Tapi apa yang terjadi? Si A dan si B saling bersalaman dan si A mengucapkan ucapan selamat dan mengakui kehebatan si B. “Selamat untuk si B yang telah menjadi juara, dia memang sangat mempersiapkan kompetisi ini dan dia mengerjakan semuanya dengan sangat teliti, saya mesti belajar lagi.”
Masih teringat pemilihan presiden di Amerika, ketika Barrack Obama berhasil terpilih menjadi presiden, dengan sangat legawanya McCain melontarkan pidato kekalahannya dan mengucapkan selamat kepada Barrack Obama.
Bagaimana dengan Indonesia? Hehehe. . .
Hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan kita, ketika kita jatuh seringkali kita menyalahkan orang lain dan menganggap orang lainlah yang membuat semuanya jadi begini, mengatakan bahwa mereka curanglah, ada yang tidak adillah, serba mendadaklah dan berbagai alibi yang intinya menyatakan bahwa “aku selalu benar dan hebat, orang lainlah yang membuatku jatuh.” Hm. . .sebenarnya itu hanya akan meracuni diri kita sendiri, hal-hal yang harus kita lakukan yaitu :
Pertama yang harus kita lakukan adalah intospeksi dan evaluasi diri, apa sih kekurangan saya? Mengapa saya bisa begini dan apa yang seharusnya saya lakukan?
Kedua, susunlah rencana. Kamu bisa mengamati orang-orang yang berhasil sebenarnya bagaimana caranya, kamu bisa menirunya, tapi tetaplah menjadi sukses dengan caramu sendiri, artinya gelutilah apa yang kamu sukai, dan lakukan yang terbaik. Jika kamu sudah terlanjur basah masuk ke dalam “zona” yang tidak kamu sukai dan kamu harus sukses di dalam zona itu, pakailah slogan, “Jika nasi sudah menjadi bubur, maka buatlah bubur itu menjadi enak.”
Ketiga, konsentrasilah. Maksimalkanlah dirimu untuk melakukan sesuatu, melakukan hal dengan setengah-setengah hasilnya tidak akan maksimal.
Keempat, berusahalah dengan keras. Jangan lupa untuk bercita-cita dan bermimpi, lukislah harapanmu disetiap detak jantungmu, alirkan semangatmu disetiap tetes darahmu, gantungkan mimpimu setinggi mungkin. Takut kecewa? Takut mimpimu tak terwujud? Ehm. . .kenapa harus kecewa? Bermimpi itu gratis, bercita-cita itu tak ada yang melarang. Tapi bagaimana jika gagal? Jawabannya gampang, gagal yo cari jalan lain tuk berhasil. Why not?
Kelima, keluarlah dari zona aman. Hari gini kenapa banyak anak pegawai, anak professor bahkan anak pejabat yang tidak berhasil menuruni keberhasilan orang tuanya, apakah karena pola didik yang salah? Ehm. . .kalau menurutku sih fifty-fifty. Sebenarnya semua bergantung pada pribadi masing-masing, ingin menjadi bulat, hitam , merah atau pendeknya seseorang dimasa depan bergantung pada usaha kita dan kebanyakan orang yang berada di zona aman dan merasa dirinya nyaman tak mau berusaha dengan kekuatan sendiri padahal hidup itu adalah ”tantangan” siapa yang berhasil survive maka dialah pemenangnya, lalu bagaimana dengan orang yang berperisai dengan zona aman? Ehm. . .jawabannya “jago kandang loe” ahahaha. . makanya ayo BERGERAK!!
Keenam, hal yang paling utama, yakni berdoa. Aku paling tidak setuju dengan orang yang mengatakan bahwa, “aku sukses karena diriku sendiri.” Ya memang dia sukses dengan usahanya sendiri, tapi apakah usaha saja sudah cukup? Tentu saja tidak, mungkin kesuksesan yang diraihnya juga karena usaha doa yang dialirkan oleh orang tuanya, keluarganya atau orang-orang yang menyayanginya. Selain usaha yang nampak, usaha yang tak Nampak secara kasat mata yakni doa juga perlu karena doa memiliki kekuatan yang luar biasa bahkan bisa mengalirkan keyakinan yang bisa membawa kita pada tujuan yang kita impikan. Kekuatan spiritual sangat besar loh. Keep low profile ya!!!
Keenam hal itulah hal yang aku simpulkan saat ini, saat aku belajar di universitas kehidupan. Mungkin ada yang mau menambahi? Hehe. Jangan takut untuk mengakui kehebatan orang lain, belajarlah dari keberhasilannya, berhenti menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan diri sendiri karena itu hanya buang-buang waktu, berpikir positif kawan, maka hal yang positif juga akan terjadi padamu.
Jadikanlah kegagalan sebagai saat yang indah, ya setidaknya hal itulah yang membuat kita dapat berpikir dewasa.
Man Jadda wajada. . .
Semarang, 12 Oktober 2010
06.10 PM