Juni ini dia berbohong padaku.
Kata orang-orang dia romantis, dia yang rela
menahan rindunya pada sang kekasih.
Dia yang tabah, bijak, dan arif.
Dia yang mampu menghapus jejak pada hati yang tak
ingin disakiti.
Dia bahkan rela jika harus terlesap dan tak
terlihat.
Dan dia yang konon begitu setia.
Bau tanah basah itu, aroma yang dikabarkannya padaku.
Sore tadi dia datang. Rupanya dirinya tak lagi mampu menahan rindu dan dia benar-benar terjatuh menjadi rintikan hujan di sore
tadi.
Hujan yang tak lagi mampu menunggu kalanya.
Dia telah datang pada kemarau ini.
Apakah benar tak ada kerinduan yang dapat tertahan,
bahkan jika kerinduan itu adalah hujan sekalipun?
Pantaskah aku menangisi janjimu yang palsu?
wahai hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar