Malam ini, sesak rasanya napas ini.
Setelah melihat Kick Andy Show, dan Bapak Dahlan Iskanlah
yang menjadi bintang tamu malam ini. Jujur meskipun media sempat memberitakan
beliau begitu gencarnya bahkan dianggap sebagai tokoh yang kontroversional tapi
aku tak berminat untuk mencari tahu siapa sebenarnya beliau. Baru malam ini,
aku menemukan sosok yang benar-benar pantas disebut sebagai inspirator.
Dulu beliau hanya seorang anak miskin yang tak memiliki
sepatu hingga Aliyah kelas 2, tapi siapa sangka kalau sekarang anak itu sudah
menjelma menjadi seorang Menteri BUMN. Seorang manusia yang sudah pernah divonis akan meninggal dunia enam bulan lagi serta telah mengalami transplantasi hati, tapi siapa sangka saat ini terlihat begitu sehat.
Kata Pak Dahlan, “Saya merasa bahagia ketika dulu saya hidup miskin,
entah kenapa saat ini orang miskin terlihat sangat sengsara.”
Itulah yang membuat hati saya
bergetar.
Sungguh, dulu kami bukan berasal
dari keluarga yang cukup berada, rumah kami terbuat dr sepertiga tembok,
sepertiga papan, dan sisanya anyaman bambu. Masih sangat jelas kuingat ketika
aku dan ibuku membeli beras dan aku merengek minta dibelikan makanan kecil,
padahal sebelumnya ibu pernah bilang, “Jangan beli jajan ya, uang Ibu hanya
cukup untuk membeli beras.” Tapi dasar aku kecil selalu ingin menang sendiri,
dan akhirnya kami pun berhutang di warung itu. Pernah pula ketika aku dan ibuku
berjalan-jalan di supermarket, bahkan kami hanya mampu membeli satu gelas es teh
ketika kami mampir di food court. Tapi saat itu aku merasa bahagia.
Yah, sampai sekarang ibuku lebih
suka jalan kaki atau naik angkutan umum dari pada bawa motor atau mobil. Kata
ibu ternyata semua itu “tidak jauh beda”.
Padahal sejatinya manusia harus
siap kehilangan, begitu juga dengan benda yang paling berharga, yaitu nyawa. Saat
ini banyak sekali manusia yang tidak pandai bersyukur karena manusia banyak
sekali maunya.
Dan kau tahu, bagiku hal yang
paling memesona dari pribadi manusia adalah “kesederhanaan.”
“Hidup itu harus berjalan dengan
simple, dan polos, untuk apa macam-macam.” (Dahlan Iskan)
Wanna read this book so much. (source) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar