Kamis, 14 Juni 2012

Pahlawan yang Selalu Gagal di Akhir Pertempuran


Inspirasi bagiku selalu datang ketika aku berada di kamar mandi, yah karena di kamar mandilah aku biasa melamun, dan ide menulis pun datang.

Aku teringat ucapan temanku Muzakki, setengah tahun yang lalu bahwa tahun ini dia akan berangkat Pimnas dan dia pun lolos Pimnas tahun ini.
Teringat pula tingkah Rika yang sudah mengemasi barang-barangnya ketika akan memasuki semester 7, dia bilang bahwa ia akan lulus 3,5 tahun, aku hanya tertawa dan bilang, “Ah PD banget sih kamu.” Dan ternyata benar, ia lulus 3,5 tahun dan menjadi lulusan terbaik.
Juga ketika aku memasang wallpaper di laptopku bahwa aku akan melanjutkan sekolahku di S-2 Unnes, maka terjadilah.

Rencana Allah memang jauh lebih indah dari pada rencana manusia. Meskipun kadang manusia yang tak mampu mengerti betapa indah skenario-Nya itu.
Kini aku pun akan kembali merintis mimpiku. Selama ini aku selalu mengalami kekalahan tipis, dan kau tahu? Bahkan semenjak masuk SD. Kakakku pernah bilang bahwa aku itu “pahlawan yang selalu gagal di akhir pertandingan”
Ketika SD aku pernah mengikuti lomba murid teladan (di sanalah kali pertama aku berkenalan dengan Oyi dan Tyas) ternyata aku juara 2, dan nilaiku hanya selisih 0,01 dengan si juara 1.
Ketika SMP aku yang selalu masuk 10 besar, bahkan tak jarang menjadi juara umum di sekolah terpaksa harus terdepak jauh ke posisi 17 ketika hasil UN diumumkan.
Ketika SMA aku mengikuti lomba debat bahasa Inggris dan ternyata juara 2 dengan selisih point 0,2 dan selanjutnya pulang jalan kaki dari SMA 5 menuju kost di bawah rintikan hujan (dramatis banget).
Ketika mahasiswa aku gagal masuk Pimnas karena laporan perkembangan yang aku buat ternyata tidak sampai ke penyeleksi.
Rupanya ini masih berlanjut ketika kuliah, aku menduduki peringkat 2 dengan selisih IP 0,01 dengan wisudawan terbaik dan aku gagal mengajak bapak-ibuku naik ke atas panggung.
Aku tahu aku bukanlah orang yang pandai. Puncak kepandaianku adalah ketika aku kelas 2 SMP dengan memenangi olimpiade matematika tingkat kabupaten dan melaju tingkat provinsi walaupun kemudian kemudian keok. Setelah itu prestasiku selalu menurun dan terus menurun, latihan UN waktu SMA nggak pernah lulus, bahkan IP pernah 2,95. Anehnya Intelligence Question ku selalu peringkat 1, makanya aku nggak percaya sama yang namanya IQ, apaan tuh, preeeeet!
Saat ini aku benar-benar merasa bahwa aku semakin bodoh (sampai saat ini aku menduga bahwa micin lah penyebab kebodohanku). Kini aku mudah sekali lupa, susah menghapal, dan sulit sekali untuk konsentrasi. Itu kenapa aku tidak bisa jauh-jauh dari laptop. Teman-teman kuliahku menyangka bahwa aku adalah orang yang sangat cerdas, terbukti sampai saat ini hampir tiap hari ada telepon, sms, message atau BBM dari teman kuliah yang menanyakan solusi skripsinya, atau hal-hal yang menyangkut materi kuliah, padahal kadang aku menjawabnya dengan cara googling terlebih dahulu, hahahaha. Kelebihanku dari mereka adalah, aku lebih tekun (mungkin). Hampir setiap tugas aku kerjakan dengan penuh totalitas, ketika teman-teman mengerjakan cuma 100 lembar, aku bisa mengerjakan sampai 200 lembar, padahal isinya Cuma gedebus. Kan yang penting nilainya bagus, hehehe. Itu kenapa pikiranku tidak bisa terbelah karena aku tidak cerdas maka aku harus fokus pada satu tujuan. Gimana sih biar nggak oon? Heuheu.
Oleh karena aku menyadari akan hal itu, dan si pahlawan yang selalu kalah di akhir pertempuran ini ingin sekali ketika wisuda S-2 nanti dapat menjadi lulusan terbaik. Aku ingin bapak dan ibuku melihatku naik panggung karena selama ini aku selalu gagal. Caranya gimana ya Allah? Aku ingin sekali.
Mulai saat ini aku akan mengubah pola pikir menjadi : Di mana pun saya berada pasti keberuntungan ada di tangan saya karena saya adalah orang yang beruntung.
Semoga terjadi di April 2014, amiin.

 
Brb, kalo  aku ngimpiin punya suami yang bentuk fisiknya kaya gini ==>

Gimana? 
emang malam ini aku sedikit gila, sudah ah tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar