Jumat, 15 Juni 2012

Petak Umpet


Yo, poro konco dolanan ning jobo
Padang mbulan, padange koyo rino
Rembulane sing ngawe-awe
Ngelingake ojo podo turu sore

Mari teman-teman bermain diluar
Terang bulan, terangnya seperti siang hari
Bulannya yang memanggil manggil
Mengingatkan agar kalian jangan tidur sore

Masih ingatkah lagu itu? Kadang kami menyanyikan dan melakukan berbagai permainan ketika bulan purnama sedang benderang. Tatkala bintang-bintang masih terlihat bertabur di langit, begitu indah membentuk berbagai rasi yang dulu kami tak peduli pada bentuknya. Yang kami tahu, kami adalah anak kampung yang mengandalkan bintang dan bulan sebagai penerangan kami ketika kami bermain. Tapi lihatlah sekarang, bintang tak terlihat lagi mungkin tertutup gumpalan asap di langit karena polusi, kasihan sekali anak zaman sekarang.
Permainan yang paling aku suka adalah petak umpet. Petak umpet itu melatih kita untuk merancang strategi, menyehatkan tubuh kita karena sering kali kita berlarian agar kita tak kena hukuman, membentuk kerjasama, menggembirakan, dan tentu saja permainan yang cukup menguji adrenalin, hahaha.
Waktu itu aku masih umur tiga setengah tahun. Aku belum boleh ikut permainan malam hari yang biasa dilakukan anak di Grumbul Karang Gamblok Dusun Munggangsari. Kata ibuku, bapakku sering kali meminjam mukena ibu. Bapak diam-diam memakainya kemudian bersembunyi di balik pohon pisang, beliau hanya ingin mengageti anak-anak yang sedang bermain petak umpet. Setelah melihat penampakan putih-putih anak-anak pun berhamburan dan permainan malam itu bubar. Bapakku pun puas telah mengerjai mereka.
Oh betapa kangennya aku dengan petak umpet, dulu kami kakak-beradik sering melakukannya di dalam rumah, bersembunyi di balik jemuran handuk, di bawah sajadah, atau pun di kolong tempat tidur. Dulu kami belum sedewasa ini, ketika satu per satu kakakku menikah dan aku pun sudah memiliki keponakan, bahkan hampir tiga.
Kali terakhir aku petak umpet tepatnya lima tahun yang lalu bersama teman-teman SMAku. Kami memang gila, kami uji nyali di gedung SMA yang terkenal angker pada malam hari sehabis tarawih. Seru sekali waktu itu aku bersembunyi di dalam WC yang konon terkenal sebagai gudang setan. Ah memori itu. . .Sungguh aku benci jadi dewasa.

Kapan kita main petak umpet lagi?

2 komentar:

  1. "kami uji nyali di gedung SMA yang terkenal angker pada malam hari sehabis tarawih." wulan puasa kan setane di borgol me? jelas wani lah...hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, asem ya ndes, makasih sudah baca dan komen yunita :)

      Hapus